Budaya

Bagaimana Bakti Dua Anak Mengubah Nasib Keluarga Mereka

Dua putra
Dua putra. (Getty Images)

Berbakti, adalah sikap hormat kepada orang tua dan leluhur dalam masyarakat yang dipengaruhi oleh pemikiran Konfusianisme.

Berbakti ditunjukkan, sebagian, melalui pelayanan kepada orang tua. Dua cerita berikut adalah tentang berbakti.

Kesempatan Kedua Seorang Putra

Wu Er adalah orang biasa yang tinggal di Kabupaten Linchuan bersama ibunya yang sudah lanjut usia. Dia terus-menerus berusaha melakukan yang terbaik untuk membantu ibunya dan membuatnya bahagia.

Suatu malam, ketika dalam keadaan mimpi, seorang dewa memberi tahu dia: “Besok siang, kamu akan disambar petir dan akan mati.”

Khawatir ibunya akan ketakutan dengan apa yang akan terjadi, Wu Er bangun pagi-pagi keesokan harinya. Saat menyiapkan sarapan, dia memberi tahu ibunya, ”Saya memiliki pekerjaan khusus yang harus dilakukan, dan saya harus pergi selama beberapa waktu. Bisakah ibu saya antar ke rumah kakak sampai saya kembali?” Namun, ibunya menolak untuk pergi.

Tiba-tiba ruangan menjadi gelap. Mereka mengintip melalui jendela dan melihat langit berawan gelap dengan guntur keras di atas kepala. Wu Er menjadi lebih khawatir bahwa ibunya akan ketakutan. Dia diam-diam menutup pintu dan berjalan ke lapangan untuk menunggu nasib.

Namun, awan gelap berangsur-angsur menyebar, dan peristiwa yang diramalkan tidak terjadi.

Wu Er bergegas pulang dan memeluk ibunya. Dia masih khawatir bahwa bahaya belum sepenuhnya teratasi dan tidak berani mengatakan yang sebenarnya.

Malam itu, Wu Er kembali bertemu dengan dewa, yang memberitahunya: “Kesalehan berbakti anda menyentuh langit, dan dosa-dosa dari kehidupan anda sebelumnya diampuni. Kamu harus melayani ibumu lebih rajin lagi.” Setelah kesempatan kedua ini, Wu Er merawat ibunya dengan lebih tulus sampai ibunya meninggal.

Seorang Putra Menggerakkan Seekor Harimau

Xu Yipeng, juga dikenal sebagai Jixiang, lahir di Kabupaten Yindi (terletak di bagian timur Provinsi Zhejiang). Dia melayani orang tuanya dengan sangat berbakti.

Namun, karena keluarganya miskin, Jixiang harus meninggalkan rumah dan pergi ke pantai untuk mengajar. Suatu malam, dia bermimpi aneh. Dalam mimpinya, dia memberi tahu majikannya: “Saya khawatir ayah saya sakit.”

Setelah bangun, Jixiang merasa mimpi ini adalah pertanda buruk, jadi dia memutuskan untuk pulang sesegera mungkin. Dia memaksa dirinya siang dan malam dengan sedikit istirahat. Saat malam tiba, dia sedang mendaki gunung ketika seekor harimau tiba-tiba menghalangi jalannya.

Dia secara naluriah memohon kepada harimau untuk membiarkannya lewat dan menjelaskan ketergesaannya: “Saya terburu-buru untuk pulang karena ayah saya sakit.”

Harimau itu tampaknya memahami dan merasakan kejujuran dan urgensi Jixiang, jadi dia diam-diam berbalik dan pergi. Setibanya di rumah, keluarga memberi tahu Jixiang bahwa ayahnya sakit parah dan mengigau.

Ketika Jixiang berdiri di samping tempat tidur ayahnya, ayahnya tiba-tiba terbangun dan berkata kepadanya:

 “Saya baru saja bermimpi di mana saya bertemu dengan seseorang yang berkata kepada saya: ‘Hidupmu seharusnya berakhir.

Namun, kesalehan berbakti putra anda menggerakkan seekor harimau yang memungkinkannya lewat tanpa cedera. Oleh karena itu, saya telah memutuskan untuk memperpanjang hidup anda karena putra anda yang berbakti.’”

Dua cerita ini menunjukkan anak-anak yang memahami dan mempraktikkan berbakti kepada orang tua membawa berkah bagi orang tua dan diri mereka sendiri. (nspirement)

Lebih banyak kisah Budaya, silahkan klik di sini. Video, silahkan klik di sini.

Saksikan Shen Yun via streaming di Shen Yun Creations

VIDEO REKOMENDASI