Budaya

Kebajikan adalah Obat Terbaik

kebajikan (©unsplash)
kebajikan (©unsplash)

Di Tiongkok kuno, ada seorang juru masak istana yang pulang ke kampung halamannya dengan sejumlah besar uang setelah pensiun. Kampung halamannya berada di daerah kecil, jadi dia membuka restoran. Bisnisnya sangat bagus di sana.

Tiba-tiba sebuah wabah menyebar ke seluruh negeri. Karena daerah ini berdekatan dengan ibu kota, pihak kerajaan mengirimkan tim khusus untuk membantu mengatasi wabah tersebut. Namun mereka menemukan bahwa tidak ada perawatan yang berhasil. Mereka dengan hati-hati mempelajari wabah untuk mencari tahu tumbuhan apa yang dapat digunakan untuk mengobatinya, tetapi semua upaya gagal. Wabah bertambah parah, dan banyak orang meninggal setiap hari. Orang-orang ketakutan dan panik. Bahkan orang kaya pun tak berdaya, walaupun memiliki uang tetapi tidak dapat menemukan obatnya. Para pejabat di istana kerajaan melupakan ambisi mereka atas kekayaan dan kekuasaan dan semakin khawatir apakah mereka akan bertahan.

Melihat wabah kian mengganas, sang juru masak menutup restorannya, memutuskan semua hubungan dengan dunia luar, dan tinggal di rumah mewahnya setiap hari. Dindingnya tertutup rapat sehingga lalat pun tak bisa masuk. Namun, wabah akhirnya menghampirinya. Dia mulai merasa lemah dan pusing. Dia terus muntah dan kotorannya berlumuran darah. Merasa dirinya mendekati hari-hari kematian, dia naik ke atas rumahnya dan melihat ke jalan-jalan terpencil di kota yang dulu ramai itu. Beberapa tunawisma yang berjalan melewatinya ambruk di tanah, bergabung dengan mayat yang mengotori kota. Merasa tiba-tiba sedih dengan pemandangan itu, belas kasih si juru masak timbul dan air matanya berlinang.

“Aduh, ketenaran bukan segalanya. Saya adalah seorang juru masak kerajaan yang terkenal, tapi tetap saja saya tak kuasa melawan wabah ini. Siapa yang dapat melindungi diri dari bencana seperti ini? ” Si juru masak berpikir, “Karena saya akan mati, mengapa harus menyimpan harta? Lebih baik saya berikan uang dan gandum kepada kaum miskin dan membiarkan mereka memiliki pakaian yang layak. Tak ada yang tahu berapa lama wabah ini akan berlangsung. Jika orang-orang meninggal karena wabah, lebih baik membiarkan mereka kenyang saat mereka pergi menemui leluhur mereka di akhirat. “

Satu pikiran tulus ini memiliki efek yang sangat kuat. Ketakutan si juru masak akan wabah tiba-tiba lenyap saat pikirannya dipenuhi dengan pikiran lurus. Dia segera merasa lebih kuat dan membuat pilihan untuk membuka pintu restorannya. Dia menyuruh pelayannya memasak bubur dan sup untuk orang miskin dan membagikan pakaian kepada yang membutuhkan. Pelayan lainnya ditugaskan untuk mengubur mayat yang berserakan di jalanan.

Banyak keluarga kaya yang melihatnya mengikuti perbuatan baik sang juru masak, secara bertahap rasa takut akan wabah itu berkurang. Jalanan yang sepi menjadi hidup kembali, dan sang juru masak merasakan kesehatannya membaik sebulan kemudian. Dia kemudian bermimpi bahwa seorang Tao yang menaiki burung bangau terbang ke arahnya dan berkata, “Kebajikan yang besar adalah obat mujarab yang hebat. Saat Anda membantu orang lain yang tertimpa wabah, Langit menurunkan ramuan surgawi untuk memerangi penyakit” Ketika juru masak mengulurkan tangannya dalam mimpi, dia tiba-tiba terbangun dengan sekotak herbal di tangannya. Dia berdoa sambil berulang kali mengucapkan terima kasih.

Keesokan harinya, dia meminta orang-orang menyiapkan beberapa kuali besar berisi air dan dia memasukkan obat herbal itu di masing-masing kuali. Kemudian dia meminta orang untuk meminum ramuan tersebut. Seketika, kesehatan mereka pulih. Sang juru masak secara pribadi mengirim beberapa ramuan surgawi ke istana kerajaan di ibu kota, sehingga menghentikan wabah serius sebelum menyebar lebih jauh. Karena kebaikan sang juru masak, wabah benar-benar lenyap. Kaisar mendengar tentang asal mula ramuan surgawi dan membersihkan dirinya sendiri sebelum bermeditasi sebagai pertobatan. Kemudian, dia menulis kata-kata berikut: “Kebajikan adalah obat terbaik.” Kata-kata ini sudah eksis dalam sejarah Tiongkok hingga saat ini. (eva/shenyunshop)

Lebih banyak kisah Budaya, silahkan klik di sini. Video, silahkan klik di sini.

VIDEO REKOMENDASI