Budaya

Legenda Biksu Tiga Kereta

Biksu
Biksu. (Canva Pro)

Biksu Kuiji adalah keponakan Yuchi Jingde, pendiri Dinasti Tang. Ayahnya, Yuchi Zong, adalah seorang jenderal. Kisah perjalanan Kuiji untuk menjadi seorang biksu dan guru besar generasi saat itu memiliki alur cerita yang unik.

Suatu hari, ketika Yuchi Zong, ayah Kuiji, sedang duduk di ruang kerjanya, suara orang-orang datang dari jauh dan orang-orang memuja nama Buddha terdengar samar-samar. Seorang pelayan panik dan masuk ke dalam rumah untuk melaporkan: “Tuanku, seorang biksu terhormat telah tiba di pintu.”

“Seorang biksu?” Hati Yuchi Zong terkejut. Karena jenderal ini, yang memiliki keterampilan bela diri yang hebat, tidak pernah berinteraksi dengan para biksu, bagaimana mungkin seorang biksu datang ke pintunya hari ini?

“Ya,” pelayan itu dengan sibuk berkata: “Itu adalah seorang biksu yang terhormat. Banyak orang telah sujud di depan pintu, semua memujanya. Dia mengabaikan mereka dan hanya meminta untuk bertemu Yang Mulia dengan menyebutkan nama Tuan.” Seorang anggota keluarga tua lainnya panik ketika kata-kata pelayan itu terlontar dan berkata dengan cemas: “Tuanku, Yang Mulia Master Xuanzang ingin bertemu!”

Yuchi Zong dengan hormat menyambut Yang Mulia Xuanzang ke ruang tamu. Dia buru-buru memerintahkan keluarganya untuk menyajikan teh. Begitu dia duduk, Yang Mulia Xuanzang menjelaskan tujuannya. “Saya seorang biksu miskin, dan saya ingin meminta bantuan Anda, Jenderal.”

Yuchi Zong berkata dengan gembira: “Merupakan kehormatan besar untuk menyambut seorang master yang datang sendiri kemari, dan saya mohon anda untuk menunjukkan jalan kepada saya.”

Biksu Xuanzang bercerita, ketika akan kembali dari India dengan kitab suci yang ia dapatkan di sana, seorang biarawati mengatakan kepadanya: “Pada hari anda kembali ke negara anda, salah satu siswa anda yang luar biasa akan lahir.”

Oleh karena itu, ketika Xuanzang kembali ke Tiongkok, ia terus mencari murid yang luar biasa ini. Suatu hari, di jalan utama di pinggiran Chang’an, ia bertemu Kuiji secara tidak sengaja. Terkesan oleh sikapnya yang simpatik, sopan dan pemikirannya yang cerdas, dan mengetahui bahwa ia adalah putra Jenderal Yuchi Zong, Xuanzang mendesah: “Tidak heran! Sebagai keturunan jenderal, ia benar-benar pemuda yang menjanjikan!” Sejak saat itu, Xuanzang bermaksud untuk menjadikan Kuiji sebagai muridnya.

Xuanzang ingin putra sang jenderal menjadi biksu

Ketika Xuanzang berkata bahwa ia ingin menjadikan Kuiji, putra sang jenderal, seorang biksu, tangan bersujud Yuchi Zong perlahan terbuka. Kuiji adalah putra satu-satunya, dan istrinya telah lama meninggal, jadi sekarang ia hanya memiliki putra ini untuk dijadikan dukungannya. Ia tidak pernah berpikir untuk membiarkan putranya menjadi biksu.

Sulit bagi sang jenderal untuk menerima permintaan mendadak sang Guru, jadi ia berkata: “Bisakah orang bodoh dan tangguh seperti dia diajari?” Xuanzang tersenyum kecil dan segera mengambil alih pembicaraan. “Pemuda yang lahir sebagai putramu memiliki fondasi yang hebat, dan saya dapat melihat potensinya. Saya dapat melihatnya ditakdirkan untuk tanggung jawab yang besar. Jangan khawatir. Saya akan mengangkatnya sebagai murid dan membuatnya menjadi seorang penganut Buddha yang jenius.”

Pada akhirnya, sang jenderal adalah orang yang menepati janjinya, dan meskipun ia enggan melakukannya dalam hatinya, dia hanya berkata: “Itu tergantung pada kehendaknya.” Xuanzang berkata: “Tolong panggil anakmu; saya ingin mendengar pendapatnya secara langsung.”

Maka sang jenderal meminta keluarganya untuk memanggil anaknya. Ketika Kuiji mendengar bahwa ia akan menjadi seorang biksu, ia berkata: “Aku tidak ingin menjadi biksu! Jika anda ingin saya menjadi biksu, itu bagus, tetapi anda harus berjanji kepadaku tiga hal.”

“Tiga hal apa Nak?” tanya Xuanzang. “Untuk menuruti hawa nafsu, untuk makan daging sesuai keinginanku, dan untuk bisa makan di sore hari.”

Kuiji mengira hal ini akan menghentikan Xuanzang untuk menerimanya sebagai muridnya. Tanpa diduga, Xuanzang langsung setuju! Ternyata rencana Xuanzang adalah pertama-tama membiarkan menuruti keinginannya dahulu dan kemudian mengajarkannya dengan kebijaksanaan Buddha, yang akan membuatnya mengubah niat awalnya. Apa yang disebut janji itu hanyalah tindakan sementara, sampai anak muda ini perlahan-lahan tercerahkan.

Setelah ia menjadi seorang biksu, Kuiji selalu bepergian dengan “tiga keretanya.” Tiga kereta itu membawa wanita, makanan, dan kitab suci. Orang-orang Guangzhou memanggilnya “Biksu dengan Tiga Kereta.” Namun, sejak saat itu, ia mulai bersentuhan dengan ajaran Buddha, dan pemahamannya tentang Dharma semakin mendalam.

Pada suatu kesempatan, Kuiji pergi ke Taiyuan untuk membabarkan Dharma, diikuti oleh tiga kereta kudanya. Dalam perjalanan, ia bertemu dengan seorang lelaki tua yang bertanya: “Siapa yang bepergian dengan kereta kuda itu?” Jawabannya adalah: “Seorang biksu bepergian dengan keluarganya.” Lelaki tua itu mendesah dan berkata: “Tidaklah pantas bagi seorang penganut Buddha yang telah menguasai Dharma untuk membawa serta keluarganya.” Ketika Kuiji mendengar hal ini di kereta kudanya, wajahnya memerah, dan ia segera tersadar. Ia mendesah panjang dan meninggalkan kereta kudanya untuk pergi ke Taiyuan sendirian.

Setelah tersadar, Kuiji tekun belajar, berlatih, dan menjalankan ajaran, menjadi lebih baik setiap hari. Ia membantu Xuanzang menerjemahkan kitab suci dan akhirnya menjadi biksu besar di generasinya. (nspirement)

Lebih banyak kisah Budaya, silahkan klik di sini. Video, silahkan klik di sini.

Saksikan Shen Yun via streaming di Shen Yun Creations

VIDEO REKOMENDASI