Seorang pria muda menyelamatkan sebuah perahu bocor yang terbengkalai dari laut dan memperbaikinya beberapa kali.
Kemudian, sambil menyanyikan lagu, dia pergi memancing setiap hari. Bahkan jika dia kembali dalam keadaan kosong, dia akan berbaring di pantai setelah turun dari perahu, berjemur di bawah sinar matahari.
Ada seorang penjual ikan yang tinggal di sebuah vila di tepi pantai. Dia pergi lebih awal dan kembali larut malam setiap hari. Ketika dia sampai di rumah, dia selalu menghitung berapa banyak yang dia peroleh dan juga kerugiannya. Dia sedih sepanjang hari, melihat laut dan cuaca dari waktu ke waktu, dan khawatir dengan fluktuasi harga ikan dengan berat hati.
Melihat si nelayan begitu gembira, si penjual ikan berpikir: Saya punya banyak ikan dan tinggal di rumah bagus, tapi saya tidak bisa puas. Dia tidak menangkap satu ikan pun dan tinggal di perahu. Mengapa dia begitu bahagia dan selalu bersenang hati?
Untuk mengetahui alasannya, si nelayan meletakkan sekeping emas di perahu nelayan tersebut.
Saat matahari terbenam, nelayan kembali ke perahu. Dia sangat gembira ketika dia melihat potongan emas itu.
Dia menimbang keping emas di tangannya dan berharap bisa mengganti perahu yang bocor ini, yang telah berulang kali diperbaiki, dengan yang lebih besar. Agar dia bisa memanen ikan setiap hari, ia kemudian membeli perahu yang lebih besar, dia bisa menyewa beberapa nelayan untuk memancingnya.
Pemikirannya adalah, dengan cara ini, tidak butuh waktu lama baginya untuk menjadi penjual ikan terbesar di pantai dan kemudian memonopoli harga ikan untuk menjadi orang terkaya disitu.
Nelayan itu Tidak Lagi Bahagia
Nelayan memikirkannya sepanjang malam, dan dia lupa bernyanyi malam itu. Penjual ikan telah mengawasi di luar, dan dia tahu apa yang membuat nelayan berhenti bernyanyi. Sejak malam itu, si nelayan gelisah, dan orang tidak bisa lagi mendengarnya bernyanyi.
Ia menjual perahu yang bocor itu dan meminjam uang untuk membeli perahu besar karena nilai kepingan emas itu masih kurang. Membawa sejumlah besar hutang, dia hidup di bawah tekanan setiap hari.
Bertahun-tahun kemudian, sang nelayan juga menjadi penjual ikan, tinggal di sebuah vila di tepi pantai, sibuk menghitung uangnya, merengut sepanjang hari, mengawasi laut dan cuaca setiap hari, serta mencemaskan harga ikan. Dia memiliki terlalu banyak kekhawatiran, dan tidak ada lagi kedamaian di hati.
Suatu hari, angin puting beliung membuat beberapa perahu nelayannya menabrak karang sehingga menimbulkan kerugian besar. Nelayan itu dalam suasana hati yang buruk dan tampak cemas. Dia berjalan di pantai dan bertemu dengan seorang pria tunawisma yang bernyanyi. Ini mengingatkannya pada hari-harinya yang riang, dan dia tidak dapat menahan diri untuk bertanya kepada pria tunawisma itu.
“Kamu tidak punya apa-apa; bagaimana kamu bisa begitu bahagia?”
Tetapi lelaki tunawisma itu berkata: “Bagaimana saya tidak punya apa-apa? Saya memiliki pantai berpasir, sinar matahari, kesehatan yang baik, dan tidak perlu khawatir tentang makanan atau pakaian.”
Nelayan itu menyadari bahwa hanya kepuasan yang bisa membawa kebahagiaan di dunia ini.
Dia memandang pria tunawisma yang bahagia, yang mengingatkannya bahwa dia pernah menjadi orang yang begitu puas. Namun, dia tidak pernah bisa kembali ke masa lalu, karena dia tidak bisa kembali ke sifat aslinya. Sepotong emas itu merenggut kebahagiaannya. Tapi apakah sekeping emas itu?
Setelah kehilangan diri yang sejati, kehilangan kebahagiaan dan kedamaian batin, hanya tertinggal keinginan manusia tidak akan pernah terpuaskan. Hanya kepuasan yang bisa memunculkan kegembiraan dari hati. (nspirement)
Lebih banyak artikel Budi Pekerti, silahkan klik di sini. Video, silahkan klik di sini
Saksikan Shen Yun via streaming di Shen Yun Creations
VIDEO REKOMENDASI