Tujuan Terakhir dari Paham Komunis

Tujuan Terakhir dari Paham Komunis (24): Teladan Manusia vs Penyembah Kejahatan

“Tujuan Terakhir dari Paham Komunis” (24)

5. Teladan Manusia vs Penyembah Kejahatan

Kebudayaan Tradisional bangsa Tionghoa sangat memandang penting moralitas manusia. Dalam catatan kuno, sajak yang menggambarkan moralitas tinggi dan mendorong manusia berbuat kebajikan jumlahnya sangat banyak dan mudah ditemui. Membuka lembaran sejarah 5000 tahun, seperti hadir di sebuah galeri karakter yang sangat kaya, karakter dengan berbagai macam kepribadian datang silih berganti. Di sini ada para Raja suci yang membuat orang takjub dan hormat, ada pahlawan yang membuat orang terkagum-kagum, ada ksatria yang menyebabkan orang terguncang dan terharu, ketika membaca semua ini mau tidak mau hati ini hanyut dan terpesona olehnya.

Yang paling berkesan adalah, dalam catatan buku sejarah, dari sikap dan perilaku moral para tokoh tersebut di masa muda, secara sama-samar sudah dapat diprediksi masa depannya apakah akan sukses atau gagal, terhormat atau tercela. Saat perang Chu dan Han, Han Xin yang membantu Liu Bang menguasai kolong Langit adalah jenderal tersohor paling mempesona di era Tiongkok kuno. Saat perang Chu dan Han, dia dijuluki “Prajurit Negara Tanpa Tanding” “Kemampuan Tinggi Tiada Duanya, Strateginya Bukan Dari Dunia” [Shiji], generasi selanjutnya menghormati dia sebagai “Dewa Perang” “Dewa Prajurit”. Sejarah mencatat kisah muda Han Xin mengalami “penghinaan dengan merangkak di bawah selangkangan”. Justru karena Han Xin memiliki tingkat kesabaran yang luar biasa, barulah dapat menyelesaikan sebuah misi yang maha besar. Kisah ini telah menjadi sumber inspirasi yang sangat mendalam bagi generasi selanjutnya dalam berkultivasi hati dan memupuk moralitas [De].

*“Prajurit Negara Tanpa Tanding” “Kemampuan Tinggi Tiada Duanya, Strateginya Bukan Dari Dunia”: tercatat dalam Shiji, Records of the Grand Historian, bagian Huaiyin Hou Liezhuan 淮陰侯列傳.

Penekanan Kebudayaan Tradisional bangsa Tionghoa terhadap “Moral [De]” berasal dari pengaturan sistematis Tuhan. Orang Tiongkok tradisional beranggapan bahwa, Moral [De] adalah semacam materi, jika De banyak berarti orang baik, jika De sedikit berarti orang jahat. Dalam skala yang sangat besar, banyak sedikitnya De juga menentukan baik buruknya kualitas kesadaran seseorang. Bila De banyak, kualitas kesadaran baik, berarti mudah memahami sabda Tuhan; sebaliknya bila De sedikit, kualitas kesadaran rendah, berarti tidak mudah memahami sabda Tuhan. Saat Tuhan datang untuk menyelamatkan umat manusia, manusia justru berada pada kondisi yang sangat berbahaya.

Roh jahat komunis bila ingin memusnahkan umat manusia, maka harus merusak Kebudayaan pemberian Tuhan yang mengutamakan moral [De]. Demi hal ini, ia harus mendoktrin hal Jahat sebagai hal Baik, mendoktrin hal Buruk sebagai hal Bagus, secara total mengacaukan kriteria moral manusia. Kritik PKT terhadap kisah Wu Xun “Sepanjang Masa Mengemis Kebenaran” dan hinaan terhadap pahlawan bangsa Yuefei yang sangat loyal dan melindungi negara, membuat konspirasi roh jahat dalam memusnahkan manusia menjadi jelas terang benderang.

Wu Xun lahir di akhir era dinasti Qing, seumur hidup meminta sedekah, menahan hal yang sulit ditahan oleh orang biasa, menanggung derita yang sulit ditanggung oleh orang biasa. Dia mengandalkan meminta-minta, melalui upaya keras tanpa lelah selama 30 tahun, telah mendirikan 3 tempat sekolah gratis, berhasil memperoleh lahan sekolah seluas 20 Hektar lebih, dan mengumpulkan dana pengelolaan sekolah hingga puluhan ribu Guan [ikatan dengan 1000 uang logam kuno]. Ini merupakan pencapaian luar biasa yang tak mungkin terulang lagi dalam sejarah pendidikan Tiongkok maupun dunia.

Setelah Wu Xun meninggal dunia, pemerintahan dinasti Qing mendeklarasikan prestasinya di Kantor Sejarah sekaligus memperbaiki makam, membangun kuil, dan mendirikan monumen untuknya. Di era Republik Tiongkok, berbagai kalangan menggunakan istilah “Orang suci”, “Malaikat pelindung”, “Patriot” dan lainnya untuk memuji Wu Xun atas jalan penderitaan dan kesabarannya, serta prestasinya membangun sekolah gratis demi orang lain. Wu Xun yang menggunakan seluruh hidupnya untuk meminta-minta dan tekad kuatnya menanggung hinaan di jalan penderitaan, telah memberikan interpretasi yang jelas kepada orang Tiongkok tentang “Kebenaran [Yi]” dalam nilai-nilai tradisional. Sebelum PKT merebut kekuasaan, Wu Xun yang ‘Sepanjang Masa Mengemis Kebenaran’ merupakan tokoh pendidikan rakyat yang terkenal di seluruh negeri, dan orang pertama yang digelari “Kebenaran Terdengar Ribuan Tahun”, “Tindakan Mulia Sepanjang Masa”.

Tahun 1951, PKT mengeluarkan kritik terhadap film “Biografi Wu Xun”, menuduh Wu Xun sebagai “Kepala Berandal, Kepala Kreditor dan Kepala Tuan Tanah” yang sedang berkedok dengan membangun sekolah gratis. Dalam kritikan media corong PKT, Wu Xun disebut sebagai representatif dari budak berlian “Pemerintahan Feudal”, dan Wu Xun dituduh tidak melakukan Pertarungan Kelas [class struggle], juga tidak menentang sistem masyarakat, “sebaliknya malah secara fanatik menyebarkan kebudayaan feudal”. Saat Revolusi Kebudayaan, makam Wu Xun dibongkar oleh Pengawal Merah, jasad tulang berulang diarak di jalan, kemudian dibakar.

*Biografi Wu Xun atau The Life of Wu Xun, adalah film Tiongkok 1950 yang disutradarai oleh Sun Yu dan dibintangi Zhao Dan.

*“sebaliknya malah secara fanatik menyebarkan kebudayaan feudal”, tulisan People’s Daily, Publikasi 20 Mei 1951, https://www.marxists.org/chinese/maozedong/1968/3-018.htm

Bahkan orang yang demikian besar jasanya untuk masyarakat dan sama sekali tidak mencelakai orang ini, juga harus dikritik dan ditumbangkan, dapat disimpulkan betapa besar benci dan dendamnya roh jahat terhadap Kebudayaan Tradisional Tiongkok. Seiring gerakan politik semacam ini, kriteria moral tradisional dan pandangan alami sifat manusia tentang baik dan jahat, dalam waktu singkat hanya beberapa dekade telah sepenuhnya ditumbangkan.

Yuefei adalah tokoh sejarah yang berpengaruh besar bagi spiritual bangsa Tionghoa. Talenta, moral dan kekuatan karakter dia dianggap sebagai model bagi jenderal militer di zaman kuno. Dia menggunakan hidupnya untuk menginterpretasikan nilai “Loyalitas [Zhong]” dalam Kebudayaan Tradisional Tionghoa, semangat “setia dan tulus melindungi negara” akan termasyur sepanjang masa, energi positif yang maha luas menginspirasi orang Tiongkok di setiap generasi.

*”Setia dan Tulus Membela Negara” merupakan 4 aksara tato di punggung Yuefei. Menurut legenda, tato itu ditorehkan oleh ibunya sendiri.

Pada Desember tahun 2001, Kementerian Pendidikan di bawah jurisdiksi kekasih Jiang Zemin, Chen Zhili, telah memalsukan sejarah Tiongkok, dalam edisi baru “Kurikulum Pendidikan Sejarah Sekolah Menengah Umum Penuh Waktu” (edisi revisi uji coba), tidak lagi menganggap Yuefei dan Wen Tianxiang sebagai pahlawan bangsa. Juga ada yang mencoba menyesuaikan diri dengan keinginan Jiang Zemin: “melangkah maju mengikuti zaman”, dengan memuji Qin Hui sebagai pejabat loyal, dan membela sang pengkhianat penjual negara.

*Yuefei dan Wen Tianxiang, adalah tokoh Dinasti Song selatan yang terkenal karena kesetiaannya pada negara, sedangkan Qin Hui adalah pejabat yang mengeksekusi Yuefei.

“Loyalitas [忠]”, di atas huruf hati [心] ada huruf tengah [中], artinya dalam hati harus ada mistar yang tidak menyimpang dan berat sebelah, mistar ini merupakan prinsip moral maha tinggi yang ditanamkan Tuhan ke dalam hati setiap manusia. Yuefei sangat setia dan tulus melindungi negara, Loyalitasnya tidak hanya kepada istana, tetapi juga kepada rakyat seluruh negeri dan Kebudayaan bangsa Tionghoa. Fitnahan roh jahat terhadap Yuefei, membuat manusia tidak dapat memahami apa itu Loyalitas, telah menghalau energi positif dari dalam lubuk hati manusia, dan telah merusak tatanan hidup manusia, jurus-jurusnya tersembunyi juga berbahaya. Beberapa tahun terakhir, tokoh kuno yang dipalsukan sejarahnya dan dihina oleh PKT dan sejarawannya yang bermuka tebal, dapat dibilang tak terhitung banyaknya.

Setelah menghancurkan si Lurus, PKT masih harus mendoktrin si Jahat sebagai si Lurus. Sebelum hingga sesudah berkuasa, PKT telah menyiapkan banyak sekali “contoh”, “model”, “teladan”, agar orang-orang menirunya. Zhang Side si pecandu opium, Bai Qiu’en si mata keranjang, Liu Hulan yang baru berumur 14 tahun namun atas perintah PKT telah membunuh kepala desanya sendiri, Fang Zhimin, yang memerintahkan eksekusi terhadap pamannya sendiri serta membunuh suami istri misionaris asal Amerika, kemudian dieksekusi mati oleh Pemerintahan Nasionalis, semua orang ini sangat dielu-elukan oleh PKT.

*Zhang Shide adalah prajurit Komunis Tiongkok yang terbunuh selama Perang Tiongkok-Jepang Kedua; Bai Qiu’en atau Norman Bethune adalah dokter kanada yang bekerja untuk Mao Zedong di Yan’an; Liu Hulan adalah mata-mata remaja selama perang Sipil KMT-PKT. Fang Zhimin adalah pemimpin politik dan militer PKT.

Konsekuensi jangka panjang akibat PKT memutar-balikkan hitam dan putih, adalah orang-orang menjadi kehilangan kriteria moral dalam lubuk hatinya, sudah tidak bisa lagi membedakan Baik-Jahat, benar-salah, ini tepatnya adalah persiapan untuk langkah terakhir partai jahat PKT, yakni alas untuk menantang nilai-nilai universal “Sejati – Baik – Sabar.”

Untuk membaca bagian lain, silahkan klik di sini.

Tonton di Youtube, silahkan klik di sini.