Fokus

Ahli: China Sepertinya Tak Akan Mundur, Inilah Mengapa

Merapat ke China, akankah Beijing mundur di bawah tekanan dari AS? Jika tidak, kartu apa yang masih bisa dimainkan Beijing dan Washington? NTD Flora Hua menanyai 3 ahli China tentang hal ini.

Li Jun bekerja di industri televisi Daratan China dari 1994 hingga 2014. Itu saat ia meninggalkan China. Ia adalah sutradara pemenang penghargaan dan produser TV senior.

[Li Jun, Sutradara Film China]:

“Pemerintahan komunis China sekarang mirip dengan era Revolusi Kebudayaan. Bahkan dibawah tekanan luar biasa, kelaparan massal, kesulitan bertahun-tahun, mereka menolak untuk mundur. Mereka bergantung pada propaganda yang kuat, sistem hukum dan militer untuk mempertahankan kontrolnya.”

Analis China lainnya Tang Jingyuan, telah menjadi komentator dari NTD versi Mandarin selama bertahun-tahun.

[Tang Jingyuan, Analis China NTD]:

“Partai Komunis China percaya mereka punya keuntungan unik, yang bisa kita sebut keuntungan HAM yang rendah. “

Itu berarti PKC percaya mereka bersedia menyengsarakan rakyat Tiongkok ke penderitaan yang lebih dalam, dibandingkan A.S. bersedia untuk menyengsarakan rakyat Amerika.

[Tang Jingyuan, Analis China NTD]:

“PKC melihat orang biasa sebagai yang bisa dikorbankan, seperti ilalang yang bisa dicabut hingga ke akarnya, tanpa peduli akan nyawa mereka. Sebaliknya, di AS jika rakyat tidak bisa menahan tekanan inflasi atau ekonomi, mereka mungkin akan turun ke jalan dan memaksa presiden seperti Trump untuk mengubah peraturannya.”

Alasan lain Beijing mungkin tak akan mundur adalah ekonomi yang lemah. Tindakan lockdown Beijing yang parah selama pandemi telah menghancurkan ekonominya. Ditambah, adanya krisis real estate dan hutang yang besar. Sekarang para ahli berkata keuntungan dagang China yang besar dengan AS dan negara lain telah menjadi penyelamat hidupnya.

[Tang Jingyuan, Analis China NTD]:

“Yang Trump inginkan bukanlah tarif nol, tetapi keuntungan nol bagi China. Ia ingin menghapus semua keuntungan tak adil yang dimiliki PKC di pasar AS.”

Keuntungan dagang China dari AS melonjak dari 83 milyar dolar tahun 2001 menjadi lebih dari 200 miliar dolar setahun. Sejak China bergabung ke WTO, angka itu meraih titik tertingginya tahun 2018, saat keuntungan dagang bernilai hampir 420 milyar dolar. Itu saat Trump pertama memutuskan untuk memberi tarif ke barang-barang China. Namun, defisit perdagangan AS dengan China masih tinggi. Tahun lalu, angka mencapai hampir 300 milyar dolar. Jadi, apa yang akan terjadi jika perang dagang terus berlanjut antara AS dan China?

[Li Jun, Sutradara Film China]:

Secara realita, dengan tarif 100%, perdagangan AS-China sudah hancur. Tidak ada perusahaan yang bisa bertahan dengan tarif 100% dan masih untung. Saya pikir pemutusan dagang seperti ini hanya akan butuh 90 hari, 3 bulan untuk membuat kerusakan serius. Mengapa? Bayangkan Anda adalah bisnis Amerika mengimpor dari China. Jika selama tiga bulan itu saya tidak berbisnis dengan Anda, saya harus mencari pemasok baru. Ketika perusahaan AS ini telah mendapatkan pemasok alternatif, kemungkinan mereka kembali berbisis dengan China sangat sedikit.”

Ada juga kartu lain yang belum dimainkan Washington. Mentri Keuangan Bessent berkata ia belum menutup kemungkinan menghapus perusahaan China dari bursa saham AS.

[Li Jun, Sutradara Film China]:

“Perusahaan swasta China ini didukung oleh banyak elit yang berkuasa. Jika saham perusahaan-perusahaan ini dihapus oleh AS, para elit itu akan tidak puas pada Xi Jinping. Rezim komunis bergantung pada para pejabat ini untuk memaksakan tekanan, jika mereka merasa mereka juga tidak dapat bertahan, itu akan menjadi situasi yang berbahaya.”

Di sisi lain, taktik apa yang masih dimiliki Beijing?

[Li Jun, Sutradara Film China]:

“Ada dua kemungkinan. Pertama, Partai komunis China mungkin akan menyalahkan semua kegagalan ekonominya ke AS. Departemen propagandanya pasti akan melakukan itu. Kedua, mereka mungkin akan mengalihkan perhatian publik ke perang, propaganda perang atau ancaman perang.

Guo Jun adalah salah satu pendiri Epoch Times edisi Mandarin.

[Guo Jun, Pendiri Epoch Times Mandarin]:

“Sekarang, China sebagai negara manufaktur, produsen, dan penjual, ada dalam posisi yang sangat pasif. Tetapi jika perang panas pecah dengan AS, kapasitas produksi berlebihan ini dapat menjadi keuntungan. Dalam perang, negara dengan kemampuan manufaktur terkuat bisa dapat tiba-tiba diuntungkan.”

Flora Hua, NTD News.