Kita memperbesar medan pertempuran lain antara AS dan China, pulau-pulau Pasifik.
Washington baru saja menandatangani kesepakatan dengan tiga negara kepulauan di kawasan itu, dalam upaya melawan pengaruh Beijing yang semakin meningkat, yaitu dengan Papua Nugini, Palau, dan Mikronesia.
Itu setelah Kepulauan Solomon dan Beijing menandatangani kesepakatan rahasia tahun lalu yang mengejutkan Washington.
Menlu AS, Antony Blinken bertemu dengan perdana menteri Papua Nugini James Marape, keduanya menandatangani pakta keamanan hari Senin.
“Kami sangat berinvestasi di Indo-pasifik karena masa depan planet kita sedang ditulis di sini. Papua Nugini memainkan peran penting dalam membentuk masa depan kita.”
Perjanjian tersebut akan memperluas kemampuan negara kepulauan Pasifik itu dan mempermudah militer AS untuk berlatih dengan pasukannya.
Mereka juga mencapai kesepakatan terpisah untuk meningkatkan pengawasan maritim Zona Ekonomi Eksklusif Papua Nugini melalui patroli Penjaga Pantai AS, melindungi ekonominya dari penangkapan ikan ilegal.
Presiden Biden seharusnya berada di sana secara langsung, tapi mempersingkat perjalanannya, terbang kembali ke AS setelah KTT G-7 di Jepang untuk melanjutkan pembicaraan plafon utang.
Adapun Palau dan Mikronesia, AS memperbarui pakta strategis dengan mereka minggu lalu, yang dikenal sebagai kesepakatan COFA.
Perjanjian COFA, atau Compact of Free Association, berarti AS bertanggung jawab atas pertahanan pulau-pulau tersebut, ini juga memberikan bantuan ekonomi sambil memberikan kehadiran strategis eksklusif AS sebagai imbalannya.
Kesepakatan ini merentang kembali ke tahun 1980-an, dan menjadi lebih penting saat Beijing meningkatkan pengaruhnya di wilayah tersebut.
Sebuah “Tibet sosialis baru”, itulah yang diserukan oleh pemimpin China Xi Jinping.
Pada hari Selasa, Xi membuat komentar langka atas wilayah tersebut, mengatakan bahwa Tibet harus meningkatkan perkembangannya.
Pernyataan itu muncul tak lama setelah negara-negara demokrasi terkemuka dunia menyatakan keprihatinan atas masalah hak asasi manusia di Tibet, yang membuat marah Beijing.
China sering dituduh mengekang kebebasan beragama dan budaya di wilayah yang mayoritas penduduknya beragama Buddha.
Beijing mengatakan pihaknya “membebaskan secara damai” Tibet pada 1951 setelah mengirim pasukan China.
Para pejabat mengatakan invasi yang kuat itu mengakhiri apa yang mereka sebut “perbudakan feodal terbelakang”.
Setelah pemberontakan yang gagal melawan rezim, pemimpin spiritual Tibet, Dalai Lama melarikan diri dari wilayah tersebut pada 1959.
Sejak itu dia dicap sebagai separatis oleh otoritas China.
Lebih banyak artikel Fokus, silahkan klik di sini. Video, silahkan klik di sini.
VIDEO REKOMENDASI
Saksikan Shen Yun via streaming di Shen Yun Creations
Lebih banyak informasi tentang Shen Yun silahkan kunjungi: shenyun.com