Fokus

Angka Infeksi Covid Resmi Shanghai Dipertanyakan

Angka infeksi resmi Shanghai menimbulkan pertanyaan.

Banyak yang mengatakan mereka tidak merasa angka-angka itu dapat dipercaya, mengutip otoritas Tiongkok yang melakukan penyembunyian di Wuhan.

Shanghai berada di tengah wabah parah virus PKT, atau Partai Komunis Tiongkok, yang menyebabkan COVID-19.

Tingkat infeksi kota yang dikunci membuat beberapa orang mempertanyakan data resmi Tiongkok.

Khususnya karena jumlah korban tewas yang dilaporkan Shanghai tetap jauh lebih rendah daripada wilayah lain.

Wabah saat ini dimulai pada awal Maret.

Kota itu melaporkan tidak ada kematian terkait virus selama lebih dari sebulan setelah dimulai.

Sampai sekarang, kota berpenduduk 26 juta orang itu telah melaporkan hampir 300 kematian terkait Covid-19.

Sebagai perbandingan, Hong Kong berada di bawah penguncian sebagian, dan mencatat lebih dari 9 ribu kematian sejak Februari, itu dari total 7,4 juta penduduknya.

Angka-angka itu mencerminkan tingkat kematian 100 kali lebih tinggi dari Shanghai.

Otoritas Tiongkok mengatakan itu karena tindakan penguncian semena-mena yang diberlakukan di Shanghai, yang menurut mereka telah membendung kematian.

Tapi tidak ada penelitian ilmiah untuk mendukung hal tersebut.

Ada alasan lain beberapa orang mempertanyakan tingkat di Shanghai juga.

Seorang pekerja rumah duka di sana berbicara kepada media lokal, mengungkapkan bahwa fasilitas tersebut mengkremasi dua kali jumlah jenazah tahun ini dibandingkan tahun lalu.

Dan sebagai hasilnya, tenaga kerjanya telah mengalami ‘overdrive’.

Pekerja tersebut menjelaskan bahwa sejak awal April, semua staf rumah duka harus tetap berada di lokasi untuk menjalankan tungku kremasi hingga tengah malam.

Laporan itu tampaknya telah dengan cepat disensor di dalam Tiongkok.

Terlebih lagi, beberapa ahli menyarankan alasan lain untuk jumlah kematian yang rendah di Shanghai.

Mereka mengatakan itu adalah bagian dari sejarah rezim Tiongkok yang tidak melaporkan dan menutupi tingkat kematian, untuk menjaga reputasinya.

Masalah itu telah diamati di Wuhan sejak akhir 2019.

Yang paling jelas terlihat, dengan melihat lebih dekat pada Laporan Statistik Urusan Sipil Kuartalan Wuhan.

Dokumen yang diterbitkan secara reguler dihentikan pada kuartal ke-4 tahun 2019.

Laporan tersebut biasanya merinci distribusi demografi kota, termasuk jumlah jenazah manusia yang dikremasi selama periode pelaporannya.

Menanggapi pertanyaan orang- orang tentang penghentian itu, otoritas mengatakan tidak “nyaman” untuk mempublikasikannya pada waktu tersebut.

Pada 2020 Maret, jumlah kematian virus PKT resmi di Wuhan diumumkan sedikit kurang dari 2.600.

Tapi logistik kota tidak sesuai dengan jumlah tersebut.

Ada 7 rumah duka besar di Wuhan.

Mulai akhir Maret, ketujuhnya mulai membagikan guci abu kepada kerabat dari yang meninggal, dengan total 500 guci per rumah duka per hari.

Itu berlangsung setidaknya selama 12 hari.

Artinya, rumah-rumah itu pasti telah membagikan 42 ribu guci jika digabungkan.

Bukti lain datang dari beban kerja rumah duka yang melonjak.

Seorang pekerja di Wuhan mengatakan kepada The Epoch Times bahwa

“Sejak 28 Januari, 90% karyawan rumah duka bekerja 24/7.”

Menambahkan bahwa mereka “tidak bisa pulang.”

Berdasarkan kapasitas krematorium kota, diperkirakan sekitar 47 ribu orang meninggal karena virus PKT dalam rentang waktu 30 hari.

Namun hingga April, angka kematian resmi untuk tahun itu hanya di bawah 4 ribu.

Perkiraan korban tewas yang lebih besar datang dari tiga operator seluler utama Tiongkok.

Menurut laporan, tiga operator layanan seluler terbesar di negara itu kehilangan lebih dari 21 juta pengguna dalam dua bulan pertama tahun 2020.

Tidak ada penjelasan yang diberikan.

Detail itu menggemakan pesan yang dibagikan oleh blogger Fangfang, seorang penduduk Wuhan yang dibungkam oleh otoritas karena menulis tentang pandemi.

Dia pernah memposting gambar dengan keterangan:

“Ponsel berserakan di lantai rumah duka, dan pemiliknya telah berubah menjadi abu.”

Lebih banyak artikel Fokus, silahkan klik di sini. Video, silahkan klik di sini.

VIDEO REKOMENDASI

Sumber tautan terkait:
https://www.reutersconnect.com/all?id=tag%3Areuters.com%2C2022%3Anewsml_WD447928042022RP1&share=true
https://www.rfa.org/mandarin/yataibaodao/huanjing/ql1-04252022042156.html
http://mzj.wuhan.gov.cn/zwgk_918/fdzdgk/tjxx/
https://www.theepochtimes.com/funeral-home-worker-in-wuhan-epicenter-of-coronavirus-we-are-working-24-7-to-cremate-bodies_3227432.html
https://www.epochtimes.com/gb/22/2/4/n13555108.htm
https://www.epochtimes.com/gb/20/3/23/n11965551.htm
https://twitter.com/HelpSoshk/status/1228259273865478145/photo/1