Fokus

Epidemi Wuhan: Siapa yang Patut Bertanggung Jawab?

Tanggal 15 Februari majalah Lembaga Pusat Partai Komunis Tiongkok menerbitkan teks lengkap pidato Xi Jinping tanggal 3 Februari, tentang cara penanggulangan epidemi pneumonia Wuhan. Artikel menggunakan sebutan orang pertama mengatakan, “Setelah epidemi pneumonia virus korona terjadi di Wuhan, pada tanggal 7 Januari, saat saya memimpin pertemuan Komite Tetap Politbiro Pusat, saya telah meminta pelaksanaan cegah dan tangkal atas situasi epidemi pneumonia virus korona jenis baru ini”. Ini berarti sejak awal Januari Xi Jinping sudah mengetahui tingkat keparahan epidemi.

Namun sebelum Xi Jinping tanggal 20 Januari memberikan pernyataan umum “harus diberikan perhatian besar dan melakukan yang terbaik untuk mencegah dan mengendalikan”, di luar Wuhan, sama sekali tidak ada pemberitahuan tentang wabah di Tiongkok. Delapan staf medis Wuhan yang menjadi whistleblower di media sosial, sempat dituduh CCTV sebagai “penyebar hoax” dan mendapat “peringatan keras” oleh polisi.  

Setelah wabah merebak, Walikota Wuhan Zhou Xianwang mengelak bertanggung jawab. Dalam sebuah wawancara tanggal 27 Januari, ia berkata bahwa penyakit menular pun ada undang-undangnya untuk diungkapkan sesuai hukum, dan ia harus mendapatkan wewenang terlebih dahulu.

Tanggal 12 Februari, situs web Wuhan “Hanwang” menerbitkan sebuah artikel yang membela Zhou Xianwang, mengatakan bahwa walikota Wuhan memang memiliki tanggung jawab, namun siapa yang dapat secara rasional memahami ketidak berdayaannya pada epidemi yang merambah seluruh negri ini? Sejak epidemi dimulai pada Desember 2019, diketahui Wuhan telah melaporkan situasinya ke Depkes Nasional. Tim ahli Beijing pun telah mengunjungi Wuhan untuk menyelidiki secara mendalam.

Lan Shu seorang komentator masalah Tiongkok percaya, sebenarnya telah ada komunikasi antara Wuhan dan elit Partai Komunis Tiongkok mengenai epidemi ini, namun tidak ada yang mau bertanggung jawab maupun membuat keputusan.  

Zheng Haochang, komentator masalah Tiongkok di Amerika Serikat: “Partai Komunis Tiongkok menutupi awal epidemi dalam dua tahapan : pertama Hubei duluan yang menutupi, hingga tanggal 31 Desember. Ma Guo-qiang mengakui hingga saat itu baru dilaporkan ke Komisi Kesehatan Nasional, di hari yang sama tim ahli Komisi Kesehatan Nasional tiba di Wuhan. Ini menunjukkan Hubei saat melapor, pastinya sudah mengatakan jika masalah ini lebih parah, oleh karenanya Komisi Kesehatan bisa datang begitu cepat. Oleh karena itu, Xi Jinping seharusnya lebih awal sudah tahu situasinya gawat, sekitar tanggal 1 Januari. Selanjutnya, giliran Zhongnanhai yang sebagaimana lazimnya kinerja mereka menutupi masalah. Melewati dua lapis menutupi masalah, kesempatan emas tertunda parah yang menyebabkan situasi tak terkendali seperti hari ini.”

Zheng Haochang mengatakan, jajaran elit Partai Komunis Tiongkok biasanya sangat kaku, dan respon spesifik terhadap peristiwa besar biasanya baru bisa diambil saat pertemuan mingguan atau bulanan Komite Tetap Politbiro. Sekalipun Xi Jinping sudah mengetahui berita itu, ia akan tetap menunggu rapat Komite tanggal 7 Januari untuk membahasnya. Sementara Hubei yang tidak menunggu instruksi Beijing tanggal 6 Januari telah mengadakan rapat dua sesi di Wuhan.

Tanggal 18 Januari, sebelum Wuhan diisolasi, diadakan perjamuan di area Baibuting. Beberapa warganet mengungkap, mereka yang tidak ingin menghadiri pun dibujuk dari rumah ke rumah oleh kader politik. Setelah itu, dari 55 bangunan di Baibuting, muncul pasien demam panas di 33 gedung.  

Lan Shu, komentator masalah Tiongkok di Amerika Serikat : “Barulah tanggal 19, Pusat mengutus Akademisi Zhong Nanshan ke Wuhan untuk menyelidiki. Setelah tanggal 20 Januari, Xi Jinping baru membuat keputusan untuk mencegah dan mengendalikan penyakit menular ini. Ulur waktunya sangat panjang, proses saling mendorong antara atasan dan bawahan sangat panjang.”

Lan Shu berkata, rezim Partai Komunis Tiongkok selama ini menyepelekan nyawa manusia. Setelah epidemi muncul, mereka juga menyepelekannya, berakibat pada situasi yang tak terkendali.

Tanggal 12 Februari, otoritas Partai Komunis Tiongkok bahkan meminta semua daerah untuk “bekerja dan berproduksi kembali”, walaupun epidemi telah menyebar begitu parahnya ke seluruh negri.

Komentator Lan Shu berpendapat, langkah ini diambil otoritas atas kekuatiran penurunan ekonomi sosial, yang akan menggoyahkan kestabilan kekuasaan Partai, namun tidak mempertimbangkan sisi kesehatan dan keselamatan publik. (ntdtv/ljy/lia)

Lebih banyak berita tentang wabah pneumonia akibat infeksi virus korona baru dari Wuhan, silahkan klik di sini. Video, silahkan klik di sini.