Kami mencermati lonjakan tajam infeksi COVID-19 di China sejak Kamis. CDC China melaporkan bahwa tingkat infeksi COVID-19 mencapai yang tertinggi tahun ini, dengan kasus yang terus meningkat sejak Maret. Dokter di beberapa kota besar memberitahu kami perkembangan yang mengkhawatirkan.
Beberapa tenaga medis meninggal setelah tertular virus. Perlu dicatat bahwa pemerintah China memiliki riwayat cenderung memangkas data atas kasus infeksi dan kematian COVID-19. Simak selanjutnya.
Meski angka resmi sering dikritik karena tidak mencerminkan skala sebenarnya, pengakuan langka ini memicu diskusi online. Pengguna media sosial China saling berbagi informasi terkait gejala yang mereka alami seperti demam, sakit tenggorokan parah, bahkan melaporkan peningkatan kasus kematian lokal, meskipun data resmi masih terbatas.
Seorang warga dari Jilin di timur laut China mengatakan:
“Akhir-akhir ini, cukup banyak orang meninggal. Ada yang tua, ada yang muda. Ada satu orang tua, dia kelihatananya sangat sehat dan berenergi, tiap hari selalu melihatnya berjalan pagi. Dia akhirnya meninggal bahkan sebelum tiba di rumah sakit.”
Di China selatan, seorang warga Guangzhou bernama Li mengatakan bahwa ia dan keluarganya telah berulang kali tertular COVID-19. Itu belum seberapa.
Laporan media online menunjukkan beberapa dokter di wilayah itu telah meninggal, sebagian besar berusia 50-an. Pernyataan resmi menyalahkan kematian itu akibat “kerja berlebihan,” namun tidak memberikan detail.
NTD tidak dapat memverifikasi secara independen kasus-kasus ini. Seorang dokter memberitahu kami bahwa pihak berwenang mungkin berusaha menutupi informasi.
“Di Guangzhou ada dokter rumah sakit tingkat atas meninggal. Biro kesehatan mengatakan kami tidak perlu melaporkannya. Cukup fokus pada disinfeksi, pakai masker, dan cuci tangan.
Ia juga bercerita tentang seorang dokter lansia yang meninggal 2 hari setelah didiagnosis COVID-19 dengan gejala parah.
Mayoritas pasien di rumah sakitnya menunjukkan gejala pilek dan demam, tetapi banyak yang tidak melakukan swab demi menghemat uang. Rumah sakit juga tidak memberlakukan protokol yang ketat guna menghindari kepanikan social apabila hasil tes menunjukkan seriusnya wabah.
Menurut CDC China, lonjakan COVID-19 terbaru di negara itu didorong oleh varian baru MB.1.8.1, juga dikenal dengan Nimbus.