Keluarga

Dampak Buruk Media Sosial terhadap Tumbuh Kembang dan Kejiwaan Anak

Anak bermain media sosial
Anak bermain media sosial. (Canva Pro)

Sharenting, atau sosmed parenting, telah menjadi hal yang umum di kalangan orang tua, namun hal ini dapat sangat memengaruhi pertumbuhan mental dan pribadi anak.

Beberapa bulan yang lalu, seorang pria yang kecewa mengatakan di Reddit bahwa dia meninggalkan istrinya karena media sosial. Hal ini tampaknya sepele, sang istri yang kecanduan media sosial lebih mengutamakan penampilan rumah yang sempurna dibandingkan hal-hal penting lain. Penampilan rumahnya harus bernuansa abu-abu kecoklatan dan krem, termasuk kamar putrinya yang masih kecil.

Lebih buruk lagi, pria itu nyaris tidak punya waktu dengan putri kecilnya karena sang ibu mengganggap bisa merusak “momen indah bunda”. Bahkan ketika sang nenek membelikan cucunya sebuah boneka cantik yang disukainya, sang ibu tidak menginginkannya karena boneka itu tidak sesuai dengan “estetika” abu-abu kecoklatan dan kremnya.

Sang ibu memiliki laman media sosial bagi para bunda, dan putrinya adalah fitur yang menonjol di laman instagram-nya. Sang ayah khawatir bahwa sang ibu sedang merenggut masa kecil putrinya.

Sayangnya, kita terus mendengar cerita seperti itu setiap hari. Pertanyaannya adalah, bagaimana kehidupan di media sosial dapat mempengaruhi anak Anda?

Tentu saja, tidak semua orang tua adalah influencer media sosial yang kecanduan glamor. Tidak seperti ibu yang disebutkan di atas, Anda tidak boleh merampas masa kecil anak Anda untuk mendapatkan daya tarik media sosial. Kebanyakan orang tua memiliki niat yang baik. Mereka ingin berbagi soal pencapaian anak-anak mereka dengan teman dan keluarga. Namun seringkali, Anda memposting momen-momen bahagia keluarga tanpa mempertimbangkan bahaya mengekspos anak Anda secara berlebihan di media sosial.

Bahaya membagikan kehidupan anak Anda secara berlebihan di media sosial

Gambar tersebut bukan lagi milik Anda

Setelah Anda memposting sesuatu secara online, hal tersebut tidak lagi menjadi milik Anda secara eksklusif. Syarat dan ketentuan yang Anda tandatangani sebelum bergabung dengan platform media sosial memberikan hak kepada platform tersebut untuk menggunakan gambar dan data Anda. Dan mereka tidak memerlukan persetujuan Anda untuk membagikan informasi Anda.

Anda mungkin memiliki hak cipta dari setiap gambar yang Anda posting, tetapi server yang menampung gambar Anda memiliki lisensi. Mereka dapat mendistribusikan foto Anda sesuai keinginan mereka.

Pencurian identitas

Pada tahun 2018, sebuah survei dari Komisioner Anak di Inggris menunjukkan bahwa pada usia 18 tahun, rata-rata anak muda memiliki sekitar 70.000 unggahan di media sosial. Jika Anda berpikir sejenak, Anda akan menyadari bahwa siapa pun dapat mengakses tempat lahir, nama lengkap, sekolah, foto di setiap tonggak pencapaian, dan lebih banyak informasi pribadi lainnya.

Hal ini dapat membuat anak Anda menjadi korban pencurian identitas yang sempurna. Lebih buruk lagi adalah ketersediaan lebih banyak data dan informasi pribadi di situs-situs gelap, yangmana dapat meningkatkan kerentanan mereka. 

Mempermalukan secara online

Persetujuan dari anak Anda adalah masalah yang bisa diperdebatkan. Beberapa orang merasa mereka tidak membutuhkannya, sementara yang lain menganggapnya penting. Masalah ini tampak lucu saat ini dan dapat menjadi sumber rasa malu di masa depan anak Anda. Anak Anda mungkin juga tidak ingin hal-hal seperti kondisi medis mereka diposting secara online untuk dilihat banyak orang.

Ingat, Anda bertanggung jawab untuk melindungi anak Anda. Terkadang, mereka mungkin senang berada di “video bunda”, tetapi tergantung pada orang tua untuk memastikan Anda membagikan “momen” dengan tepat. Berbagai cobaan secara online mengikuti seseorang sepanjang hidupnya. Informasi yang Anda bagikan hari ini akan tersedia untuk teman sekolah, calon pasangan, rekan kerja, dan calon pemberi kerja.

Perundungan siber dan penghinaan online

Terkait erat dengan stigma online adalah cyberbullying dan predasi. Foto online Anda yang disebarkan secara berlebihan hari ini dapat membuat anak Anda menjadi korban perundungan besok. Semua orang membagikan pendapat mereka di media sosial, dan beberapa komentar tidak sehat untuk Anda atau anak Anda.

Yang lebih buruk lagi adalah kehadiran predator seksual dan pedofil online. Video polos yang Anda bagikan tentang anak Anda yang sedang berlari telanjang di halaman belakang rumah atau melakukan hal-hal yang biasa dilakukan anak-anak mungkin tidak terlihat jelas oleh sebagian orang. Di dunia di mana 5 miliar pengguna media sosial bermain dengan internet, ada baiknya berjaga-jaga daripada menyesal.

Selain predator, orang lain juga dapat membajak foto Anda untuk keperluan komersial tanpa persetujuan ataupun memberikan kompensasi kepada Anda.

Kehilangan identitas diri

Anak-anak membutuhkan privasi dan rasa hormat. Jika seluruh kehidupan keluarga Anda berputar di media sosial, anak Anda mungkin tidak akan mendapatkan kesempatan untuk tumbuh secara normal. Seperti dalam cerita kami sebelumnya, Anda mungkin menolak akses anak Anda ke hal-hal dasar karena tidak sesuai dengan narasi atau “estetika” Anda.

Masalah lainnya adalah anak Anda tumbuh dengan pemikiran bahwa membagikan segala sesuatu secara online adalah hal yang normal. Selain itu, tidak semua anak mudah bergaul, dan Anda mungkin memiliki anak yang pendiam yang dipaksa untuk berpartisipasi dalam vlog keluarga yang melanggar privasi mereka. Sayangnya, hal ini dapat mempengaruhi mental anak saat mereka tumbuh, hal ini terjadi pada beberapa aktor cilik sebelum adanya media sosial.

Berikan anak-anak kesempatan untuk menorehkan cerita mereka sendiri.

Masalah finansial dalam vlog keluarga

Platform media sosial seperti TikTok dan YouTube memberikan penghasilan bagi banyak orang. Sebagian besar orang tua telah menemukan cara untuk menghasilkan uang sambil menikmati waktu bersama anak-anak mereka, ini salah satu aspek positif dari media sosial.

Namun baru-baru ini, banyak orang bertanya-tanya apakah anak-anak dieksploitasi. Selain penulisan naskah “momen” keluarga, ada juga pertanyaan tentang penghasilan. Apakah anak-anak memiliki hak untuk mendapatkan bagian dari keuntungan? Bagaimana Anda memastikan anak Anda mendapatkan bagian yang menjadi haknya setelah mereka dewasa? Dan apa klaim yang tepat untuk mereka?

Tidak ada hukum yang mengatur tentang hal ini, tetapi hal ini dapat menimbulkan konflik di masa mendatang ketika anak menyadari bahwa orang tua mereka menghasilkan uang dari foto-foto mereka.

Dampak dari sharenting: berbagilah secara bertanggung jawab

Membagikan prestasi dan pencapaian anak Anda secara online tidaklah buruk. Sering kali, orang tua tidak melakukannya karena kebencian, tetapi karena ingin menunjukkan kelucuan atau prestasi anak mereka. Dan menurut penelitian, sekitar 60 persen orang tua menemukan dukungan sosial dan informasi yang berguna terkait pengasuhan anak secara online.

Namun, meskipun berbagi itu baik, ada risiko yang signifikan jika Anda membagikan foto atau video anak Anda secara berlebihan secara online. “Sharenting,” atau membagikan informasi pribadi anak di media sosial, dapat membuat anak Anda terpapar pada pengganggu, iklan komersial, perhatian yang tidak beralasan, kejahatan dunia siber, dan predator.

Orang tua bertanggung jawab untuk mengurangi risiko media sosial pada anak-anak dan remaja. Lindungi anak Anda dengan membagikan foto dan informasi pribadi mereka secara bertanggung jawab. (nspirement/sia/may)

Lebih banyak artikel Keluarga, silahkan klik di sini.

Saksikan Shen Yun via streaming di Shen Yun Creations

VIDEO REKOMENDASI