Keluarga

Jangan Memarahi Anak Sebelum Makan, Jangan Memarahi Istri Sebelum tidur

Sebuah pepatah Tiongkok kuno mengatakan: “Jangan memarahi anak anda sebelum makan, dan jangan memarahi istri anda sebelum tidur.” Sekilas, ini mungkin terdengar kuno atau ketinggalan zaman tentang pengasuhan anak atau nasihat pernikahan — tetapi di balik kata-kata ini terdapat kebijaksanaan abadi tentang waktu, perawatan emosional, dan menjaga keharmonisan dalam hubungan. Prinsip-prinsip ini tetap relevan saat ini seperti berabad-abad yang lalu.

Mengapa anda tidak boleh memarahi anak anda sebelum makan

Anak-anak secara alami energik, ingin tahu, dan rentan terhadap kesalahan. Adalah umum bagi orang tua untuk merasa frustrasi pada saat-saat tertentu, terutama ketika anak-anak bertindak atau berperilaku buruk. Namun, pepatah tersebut memperingatkan agar tidak mendisiplinkan anak tepat sebelum makan. Mengapa waktu ini begitu penting?

Memarahi anak sebelum makan dapat memengaruhi suasana hati mereka dan menekan nafsu makan mereka. Anak yang kesal karena dimarahi mungkin kehilangan nafsu makannya. Karena anak-anak masih tumbuh, nutrisi yang teratur dan sehat sangat penting. Jika waktu makan dikaitkan dengan kecemasan atau ketegangan, hal itu dapat menyebabkan kebiasaan makan yang tidak sehat atau penolakan jangka panjang terhadap kegiatan makan bersama.

Waktu juga berperan dalam seberapa baik anak-anak menyerap arahan. Menegur mereka saat marah atau selama momen yang menegangkan dapat menyebabkan sikap defensif atau membantah. Bicara dengan nada yang lembut jauh lebih efektif sehingga anak tenang dan mau menerima.

Waktu makan seharusnya menjadi momen untuk terhubung dan memberi nutrisi — bukan stres. Dengan menyimpan percakapan yang sulit untuk waktu yang lebih baik, orang tua dapat menumbuhkan lingkungan yang lebih mendukung dan aman secara emosional.

Mengapa anda tidak boleh memulai konflik dengan pasangan anda sebelum tidur

Bagian kedua dari pepatah — “jangan memarahi istri anda sebelum tidur” — menyoroti pentingnya perawatan emosional dalam suatu hubungan. Meskipun mencerminkan peran gender tradisional, pesan inti berlaku untuk semua pasangan: Waktu emosional penting dalam menyelesaikan konflik.

Malam hari biasanya merupakan waktu untuk bersantai, beristirahat dan memulihkan hubungan. Pada saat itulah orang mungkin merasa rentan secara emosional atau kelelahan. Jika perselisihan terjadi pada saat yang sensitif ini, perselisihan tersebut dapat dengan mudah meningkat atau meninggalkan luka dalam. Salah satu pasangan mungkin tertidur dengan cepat dan melupakannya, sementara yang lain tetap terjaga, gelisah, mengulang pertengkaran tersebut dan merasa tidak didengarkan.

Ketidakseimbangan emosional ini dapat merusak hubungan seiring berjalannya waktu. Konflik adalah hal yang wajar dalam hubungan apa pun, tetapi memilih waktu yang tepat untuk mengatasinya akan membuat semua perbedaan.

Keharmonisan bergantung pada waktu dan kesadaran emosional

Baik antara orang tua dan anak atau pasangan romantis, kebijaksanaan pepatah tradisional ini berpusat pada tema yang sama: kecerdasan emosional dan waktu adalah kunci hubungan yang sehat.

Dalam rumah tangga modern, terutama di antara pasangan muda, pertengkaran dapat terjadi kapan saja — sering kali di depan anak-anak atau lewat pesan teks larut malam. Namun, saat anda berhenti sejenak untuk mempertimbangkan bukan hanya apa yang anda katakan tetapi juga kapan anda mengatakannya, anda menjaga kedamaian dan melindungi ikatan emosional.

Seperti pepatah Tiongkok lainnya: “Diperlukan seratus kali kehidupan untuk berbagi perahu, dan seribu kali kehidupan untuk berbagi tempat tidur.” Ini menunjukkan betapa langka dan berharganya hubungan dekat dengan keluarga. Dengan perhatian dan waktu yang tepat, anda dapat menghargai hubungan itu — dan membantunya berkembang.