Budaya

Bodhisattva Avalokitesvara | Legenda Kwan Im (11)

Bodhisattva Avalokitesvara

Berikut adalah cerita legenda putri dari Raja Miao Zhuang, yaitu putri Miao Shan, yang berhasil kultivasi menjadi Bodhisattva Avalokitesvara (Guan Yin / Kwan Im), dikutip dari catatan literatur Dinasti Qing. Dengan sakral dijadikan sebagai referensi.

(Baca Bagian 1 disini)

Bab 11: Bertemu dengan Penduduk Lokal yang Baik menunjukkan jalan, Terjerat Pemandangan sehingga melahirkan Masalah Baru

Ceritanya Yong Lian dengan niat baik mencoba meyakinkannya untuk melanjutkan perjalanan, dan barulah istirahat setelah mencapai desa berikutnya. Namun satu orang tidak bisa mengalahkan dua orang, Maha Guru Miao Shan dan sang pembantu, karena kaki mereka benar-benar kelelahan, sungguh sudah tidak bisa melanjutkan lagi, hanya dapat meletakkan tas mereka, masing-masing mencari batu besar yang datar dan bersih, untuk duduk istirahat.

Berjalan juga ada trik rahasianya, yang paling penting adalah menghindari istirahat di tengah jalan. Jika anda menempuh jalan jauh dan merasa lelah di tengah jalan, teruslah berjalan meskipun dengan langkah lambat, walau terasa dipaksakan, tapi asalkan anda tetap berani, maka akan berhasil sampai ke tujuan; namun jika anda merasa takut, bahkan duduk untuk istirahat, bukan saja makin istirahat makin terasa lelah, tetapi juga keberanian anda untuk melanjutkan juga akan berkurang karenanya, ketika bangkit kembali untuk melanjutkan perjalanan, anda mungkin akan merasa sangat sulit untuk melangkahkan satu kaki!

Mereka bertiga tidak terbiasa dengan perjalanan jauh, jadi mereka tidak mengetahui trik rahasia ini, kala mereka duduk, tak sadar seakan-akan telah berakar di tempat tersebut, sudah tidak sabar ingin bermalam di sana. Untungnya Yong Lian terus mendesak mereka, sehingga dengan susah payah berhasil membuat Maha Guru Miao Shan dan pembantu bangkit kembali, mengibas-ngibas debu dari pakaian mereka, dan mengambil tas masing-masing bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan. Namun tak disangka pada saat itu, tiba-tiba terdengar suara gagak “Kaw — Kaw — Kaw” di kepala, membuat tiga orang itu menjadi panik dan kebingungan.

Yong Lian berkata: “Ada pepatah mengatakan, ‘jika gagak tua bersuara, bencana akan tiba’, apalagi yang bersuara adalah gagak pemakan manusia? Saya dari awal meminta kalian untuk terus berjalan, jika kalian mendengarkan kata-kata saya, pada saat ini kita mungkin sudah jauh meninggalkan tempat ini, berhasil menghindari malapetaka gagak ini. Tetapi sekarang bagaimana kita harus menghadapinya?”

Saat mereka berbicara, gagak-gagak dari empat penjuru, mendengar suara itu dan berkumpul, suara “Kaw, kaw” memenuhi langit, juga tidak diketahui berapa jumlahnya. Mereka seakan-akan mendapat makanan lezat hari ini, sepertinya semua terlihat gembira dan bersuka cita, saling bersorak ria. Hal ini membuat tangan dan kaki Yong Lian gemetaran. Memang hakikatnya kultivasi dan Gong Maha Guru Miao Shan sudah mendalam, dan daya hening juga kuat, dia malah sebaliknya duduk ke bawah, dan berkata kepada keduanya, “Kalian berdua duduklah ke bawah, kumpulkan jiwa pikiran, jangan panik, saya ada cara.”

Kedua orang itu tidak punya pilihan, selain ikut duduk ke bawah, dan menanti gagak-gagak itu datang untuk mematuk mangsanya, satu pikiran takut itu, sedari awal telah lenyap jauh ke langit 9. Namun gagak yang banyak itu, meski mulut terus menerus bersuara “Kaw, kaw”, terbang mengelilingi mereka, namun mereka tidak turun untuk mematuk mangsanya. Ternyata orang yang jiwa pikirannya tidak terganggu, terlihat sangat kuat di mata makhluk lain, yang membuat makhluk-makhluk itu tidak berani mendekat dengan tiba-tiba. Para gagak itu berputar-putar tidak turun, juga dikarenakan hal ini. Walau para gagak tidak turun mematuk mangsanya, tapi mereka tetap berputar-putar sambil berkicau, mengepung tiga orang tersebut, masih tidak mau pergi, dan seperti itu terus berlangsung sekitar setengah jam.

Saat Maha Guru Miao Shan duduk beberapa menit, tiba-tiba dia merasa cahaya bersinar di benaknya, seolah-olah ada seseorang memberi tahu dia: “Kamu ini orangnya terlalu kaku, gagak-gagak itu terbang berkicau, hanya untuk mencari makan, mereka juga tidak harus selalu memangsa manusia. Jika kamu memberi mereka sesuatu, mereka akan pergi sendiri berebut makan, bukankah dengan demikian kalian bisa melepaskan diri? Nasi kering dalam kantongmu itu, bukankah makanan yang sangat bagus bagi mereka?”

Begitu hati Maha Guru Miao Shan ini bergerak, dia segera membuka kantong kain kuning yang dibawanya, mengambil sejumput besar nasi kering, dan dengan kuat menyebarkannya ke tanah lapang, gagak-gagak itu begitu melihatnya, benar-benar berebutan untuk mematuk makanan. Dia kemudian menyebarkan sebagian besar nasi kering di tanah, di langit sudah tidak terlihat satu pun gagak, Setelah ini dia barulah memanggil mereka berdua, masing-masing mengambil barang bawaan mereka, turun dari gunung dengan langkah yang sangat cepat, juga sudah tidak peduli medan yang berbatu, langsung menuju ke lereng gunung, benar-benar tidak terlihat ada gagak yang mengejar, barulah dengan hati lega secara perlahan melangkah menuju desa, saat matahari merah terbenam di barat, tibalah mereka di luar desa.

Orang-orang di desa, melihat ketiga orang itu yang berpakaian aneh, tidak mirip seperti penduduk setempat, para pria dan wanita dari desa itu berkumpul mengelilingi untuk melihat dan bertanya-tanya. Maha Guru Miao Shan mengangkat satu tangan di depan dada, dan berkata kepada semua orang: “Saya adalah Miao Shan, kepala biara dari Kuil Jinguangming di bawah Gunung Yemo di Kerajaan Xinglin, karena bersumpah berkelana ke Gunung Sumeru, maka melakukan perjalanan bersama mereka berdua. Tak disangka kami telah salah jalan, keluar dari lembah selatan, untungnya mendapat petunjuk dari orang baik, sehingga kami bisa melewati Puncak Gagak Dewa, berhasil tiba di sini. Sekarang hari sudah malam, di depan juga tidak ada desa, tidak bisa meneruskan perjalanan, kami mengharapkan belas kasih dari tuan penolong mana pun, untuk meminjamkan tempat melewati malam, memohon makanan vegetarian untuk mengisi perut, itu saja permohonan kami. Besok pagi hari, kami sudah akan berangkat.”

Semua orang yang mendengar bahwa mereka datang dari arah Puncak Gagak Dewa, saling menatap satu sama lain, salah satu di antaranya yang penasaran bertanya: “Karena kalian datang dari arah sana, sepanjang jalan pernah bertemu gagak dewa?”

Maha Guru Miao Shan menjawab bahwa mereka ada bertemu dengan gagak, kemudian menceritakan kembali situasi yang tadi terjadi, ketika orang-orang mendengarnya, mereka serempak berkata, “Ajaib, ajaib! Tiga orang ini ada daya magis apa, bahkan gagak dewa pun tidak menyakiti mereka, mungkinkah mereka adalah dewa?”

Di antaranya ada seorang yang berpenampilan mirip kepala desa berkata kepada orang-orang: “Kalian semua berhenti berbuat onar, ketiga orang ini, memang bukanlah orang biasa, mereka adalah orang yang menjalani kultivasi, 33 Langit di atas, 36 Jalan di bawah, tidak ada yang tidak hormat, apalagi gagak dewa juga memiliki kekuatan gaib, tentu tidak akan mengganggu mereka. Sekarang karena sudah datang ke desa kita, di depan juga masih ada tujuan puluhan Li yang tidak berpenduduk, maka kita harus menerima mereka dengan baik. Rumah saya orang tua ini ada kamar kosong, mari silakan anda bertiga ke tempat saya untuk bermalam.”

Maha Guru Miao Shan dan kedua orang lainnya mengucapkan terima kasih sambil mengatupkan tangan, sebagian penduduk desa juga berkata, “Tuan Liu, kali ini terpaksa merepotkan anda untuk menjadi tuan rumah, jika tiga maha biksuni ini tidak melanjutkan perjalanan mereka besok, setidaknya kita bisa bergantian menyediakan makanan vegetarian untuk mereka, sebagai tuan rumah yang baik.”

Setelah semua orang berpisah, Tuan Liu pun membawa tiga orang itu ke rumahnya, dia mempersilakan mereka duduk, lalu memerintahkan anggota keluarganya untuk keluar dan menyambut mereka. Keluarga Liu memang orang-orang yang baik hati dan sesuai Dao [Jalan], begitu melihat tiga maha biksuni tersebut, mereka segera sibuk membuat teh menyediakan air, dan menyiapkan makanan vegetarian untuk mereka. Karena hari sudah larut malam, mereka kemudian dibawa ke kamar tidur yang bersih dan rapi, tempat tidur serta selimutnya ditata teratur dan segar, Maha Guru Miao Shan dan teman-temannya kemudian duduk untuk meditasi di dalam kamar tersebut.

Keesokan paginya, Tuan Liu menyiapkan sarapan vegetarian, mempersilakan tiga orang tersebut untuk makan, dan berusaha keras untuk menahan mereka tinggal lebih lama. Maha Guru Miao Shan kemudian mengucapkan terima kasih, “Sekarang ini karena hati tidak sabar segera mengunjungi gunung, tidak berani untuk tinggal lebih lama, Kami sangat ingin mengunjungi gunung suci, oleh karena itu kami tidak berani tinggal terlalu lama. Jika Tuan memiliki niat baik membantu, tolong berikan petunjuk jalan yang harus ditempuh, itu kami sudah sangat bersyukur.”

Tuan Liu menyadari bahwa dia tidak bisa membuat mereka tinggal lebih lama, jadi dia berkata: “Dari sini, terus ke arah utara, dan setelah perjalanan sekitar 30 Li, di depan akan ada bukit kecil, yang disebut Gunung Jinlun. Anda tidak perlu mendaki gunung itu untuk melaluinya, cukup membelok ke arah timur, ambil jalan pintas melalui ujung gunung tersebut, terus ke arah utara lagi sekitar 17 sd 18 Li, kalian akan mencapai Benteng Saishi, dan bisa bermalam di sana. Tetapi di dekat Gunung Jinlun, kalian harus melewati dengan cepat dan diam-diam, tidak boleh berhenti, sesampainya di Benteng Saishi, maka sudah tidak ada masalah. Rute perjalanan selanjutnya, bisa ditanyakan di sana sepanjang perjalanan.”

Maha Guru Miao Shan dan dua orang lainnya berulang kali mengucapkan terima kasih, kemudian melakukan salam perpisahan, setelah meninggalkan desa, mereka terus berjalan ke arah utara. Awalnya, mereka hanya melihat dataran yang luas dan tandus, selain hamparan luas pasir kuning, di bawah matahari yang menyilaukan, tidak ada yang terlihat di sekitar, bahkan air dan rumput pun tidak dapat ditemukan. Hanya mereka bertiga yang berjalan di gurun ini, di tengah tempat terpencil dan sunyi ini, sedikit banyak memberikan sedikit tanda-tanda kehidupan. Meskipun demikian, mereka bertiga memiliki tekad yang kuat, sama sekali tidak ada rasa takut terhadap kesulitan, andaikan saja orang biasa berada di tempat tidak ada tanda kehidupan manusia-air-tumbuhan ini, siapa yang tidak akan timbul rasa takut?

Setelah melakukan perjalanan beberapa waktu, mereka bertiga benar-benar melihat sebuah gunung di kejauhan, yang terbentang di barat laut, meskipun tidak begitu besar, namun penuh dengan pepohonan yang subur, memberikan pemandangan yang megah, ini jelas adalah Gunung Jinlun. Setelah berjalan di tanah tandus yang sunyi, tiba-tiba melihat hutan gunung yang begitu hidup, mereka tanpa sadar merasa semangat meningkat, bahkan langkah mereka menjadi lebih ringan, genderang keberanian ditabu bergerak menuju ke arah kaki gunung, tidak lama kemudian mereka sudah sampai di lereng Gunung Jinlun.

Hanya terlihat gunung tersebut, meskipun tidak tinggi, tapi terdapat batu-batu aneh yang menjulang tinggi dan puncak-puncak yang saling bertumpuk; pepohonan hijau yang rimbun, rumput-rumput kecil yang kehijauan, dan di antaranya terdapat bermacam-macam bunga liar yang tidak diketahui namanya, menciptakan pemandangan yang sangat menyenangkan. Maha Guru Miao Shan melihat pemandangan Gunung itu, tanpa sadar mulai berucap, “Shanzai, Shanzai! Kita sepanjang perjalanan telah melewati banyak jalan, melintasi banyak gunung, tetapi tidak pernah melihat pemandangan seindah ini! Tidak terduga bahwa di tengah gurun yang luas ini, ada gunung yang begitu indah, ini menunjukkan kebesaran Sang Pencipta, yang tak terbayangkan oleh manusia!”

Dia timbul rasa suka oleh keindahan pemandangan di tempat itu, dan menjadi terlalu terikat pada keindahan alam yang ada di sekitarnya, enggan untuk melanjutkan perjalanan. Namun Yong Lian mulai mendesaknya: “Maha Guru, saya menyarankan agar Anda tidak terlalu terpaku pada keindahan ini. Tuan Liu sebelumnya bukankah pernah mengatakan, bahwa ketika kita tiba di kaki Gunung Jinlun, harus cepat dan diam-diam melewatinya, ada alasan di balik kata-katanya, sepertinya di tempat ini pasti ada bahaya tertentu, kita harus segera melewatinya! Jangan sampai menimbulkan masalah baru lagi.”

Maha Guru Miao Shan menjawab: “Mungkin Tuan Liu hanya memberi peringatan biasa, dia tidak secara rinci menjelaskan apa yang dimaksud. Saya melihat gunung ini begitu indah, tidak mungkin ada siluman-iblis-hantu-monster yang tersembunyi di sini, lagi pula kita sedang di bawah langit cerah dan terang sinar matahari, hanya lihat sebentar apa yang perlu ditakutkan?”

Yong Lian berkata, “Meskipun begitu, tetapi lebih baik kita berhati-hati, terlalu lama menikmati waktu luang hanya akan membuat perjalanan ke gunung menjadi terlambat. Selain itu, saya sering mendengar Maha Guru mengatakan, bahwa segala macam kejahatan berasal dari pikiran sendiri. Dengan mengacu pada situasi saat ini, Maha Guru telah timbul rasa suka pada gunung ini, ingin tinggal, terikat tidak mampu melepaskan diri, bahkan timbul rasa keinginan untuk memiliki. Jika satu niat saja tidak boleh diberikan keleluasaan, sekarang ada dua niat yang muncul, harus bagaimana? Kita lebih baik pergi saja!”

Mendengar kata-kata tersebut, Maha Guru Miao Shan juga ter-Sadar-kan sendiri, dia menguatkan jiwa pikirannya, dan berkata: “Baik, baik, baik! ——- Jalan, jalan, jalan!”

Namun ketika ingin melanjutkan perjalanan, ternyata sudah terlambat. Sungguh benar:

Baru saja ingin menguatkan pikiran, ternyata iblis jahat telah tiba.

(Bersambung)