Di dunia yang sering mengukur kesuksesan berdasarkan nilai dan pencapaian, sangat mudah untuk mengabaikan perjuangan dan potensi mereka yang tertinggal.
Kisah ini, yang terjadi di Taiwan, merupakan pengingat yang menyentuh akan kekuatan empati, ketekunan, dan dampak transformatif dari sebuah bimbingan.
Perjuangan Zheng muda
Zheng, seorang anak muda dari Yunlin, Taiwan, dikirim ke sekolah swasta Katolik bergengsi di kota tersebut oleh ayahnya yang ambisius. Namun, peralihan dari lingkungan pedesaan ke sekolah perkotaan tidak berjalan mulus.
Zheng mendapati dirinya berada di peringkat terbawah di kelasnya, terus-menerus ditegur dan dikucilkan oleh teman-teman dan gurunya. Guru bahasa Inggrisnya, khususnya, bersikap kasar dan memandangnya sebagai penghambat kinerja rata-rata kelas.
Kritik yang tiada henti ini membuat Zheng kehilangan kepercayaan diri dan akhirnya menyerah pada dirinya sendiri.
Pertemuan yang Penuh Kasih sayang
Pada suatu Malam Tahun Baru yang menentukan, Zheng memegang rapornya dan berjalan-jalan di halaman sekolah, takut menghadapi kemarahan ayahnya.
Saat itulah seorang pendeta yang baik hati memperhatikannya. “Mengapa kamu tidak pulang ke rumah untuk Tahun Baru?” pendeta itu bertanya dengan lembut. Takut akan konsekuensi akibat nilai buruknya, Zheng mengaku takut kembali ke rumah.
Memahami penderitaan anak laki-laki itu, pendeta menawarkan untuk menemaninya pulang, tapi Zheng menolak, karena tahu hal itu tidak akan mengubah reaksi ayahnya.
Sebaliknya, sang pendeta memutuskan untuk menemani Zheng, duduk bersama di tangga sekolah, berbagi momen saling menghela nafas dan pengertian. Pendeta tersebut kemudian menemaninya pulang dan meyakinkan ayah Zheng bahwa anak laki-laki tersebut akan menghabiskan liburannya dengan belajar dengan rajin di bawah pengawasannya. Ini menandai awal perjalanan transformatif bagi Zheng.
Titik balik dan perolehan ketekunan
Pendeta itu membimbing Zheng dan mengajarinya setiap pagi. Dia segera mengetahui bahwa Zheng cerdas, tetapi tertinggal karena latar belakang pedesaannya.
Dengan bimbingan berdedikasi dari sang pendeta, kepercayaan diri Zheng perlahan mulai pulih. Ketika semester baru dimulai, Zheng mendapat nilai sempurna pada tes bahasa Inggrisnya. Gurunya, yang skeptis terhadap kemajuan mendadaknya, menuduhnya berbuat curang.
Untuk membuktikan kemampuannya, Zheng membacakan seluruh pelajaran dari ingatannya, membuat gurunya menangis. Karena diliputi rasa bersalah, guru tersebut meminta maaf kepada pendeta tersebut.
Pelajaran dari masa lalu
Kisah ini, yang diceritakan oleh saudara laki-laki Zheng, menyoroti pelajaran abadi tentang belas kasih dan ketekunan.
Guru Zheng, yang terinspirasi oleh teladan sang pendeta, akhirnya meninggalkan kehidupan sekuler untuk menjadi seorang biksu. Dia mendedikasikan dirinya untuk membantu anak-anak yang membutuhkan, sama seperti pendeta yang membantu Zheng.
Kekuatan untuk tidak menyerah
Di dunia yang serba cepat saat ini, mudah untuk menganggap mereka yang ”tertinggal” sebagai mereka tidak berusaha cukup keras.
Namun, kisah Zheng mengingatkan kita bahwa setiap orang mempunyai potensi, dan terkadang yang diperlukan hanyalah sedikit bimbingan, kesabaran dan dukungan untuk membuka potensi tersebut.
Kisah ini sangat selaras dengan penekanan saat ini pada kesehatan mental dan pengembangan pribadi. Hal ini menggarisbawahi pentingnya empati dan dampak mendalam yang dapat diberikan oleh sebuah dukungan mentor terhadap kehidupan seseorang.
Menjembatani Kesenjangan: Teknologi dan tradisi
Bagi kaum Milenial yang melek teknologi dan tertarik pada pengembangan pribadi, kisah Zheng menawarkan pelajaran berharga. Di zaman di mana teknologi terkadang menciptakan rasa terisolasi, sentuhan manusia tetap tidak tergantikan.
Meskipun aplikasi dan kursus online dapat membantu pembelajaran, bimbingan dan dorongan dari seorang mentor atau komunitas yang mendukung dapat membuat perbedaan besar.
Terlebih lagi, kisah ini menjembatani kesenjangan antara aspirasi modern dan nilai-nilai tradisional.
Hal ini mengingatkan kita bahwa meskipun teknologi dan kemajuan itu penting, pelajaran sejarah mengenai kasih sayang, ketekunan, dan empati tidak lekang oleh waktu dan penting untuk pertumbuhan pribadi.
Kesimpulan: Menapaki jalan bersama
Saat anda mengarungi perjalanan anda, ingatlah pentingnya menapaki jalan bersama orang lain. Baik menawarkan bantuan kepada seseorang yang membutuhkan atau mencari bantuan ketika anda menghadapi masalah, kekuatan komunitas dan empati tidak dapat diabaikan.
Sama seperti dukungan tak tergoyahkan dari pendeta yang mengubah kehidupan Zheng, anda juga dapat membuat perbedaan dengan tidak menyerah pada diri sendiri atau orang lain. Bagaimanapun, masa depan cerah bagi mereka yang berani mempercayainya. (nspirement)
Lebih banyak artikel Budi Pekerti, silahkan klik di sini. Video, silahkan klik di sini
Saksikan Shen Yun via streaming di Shen Yun Creations
VIDEO REKOMENDASI