Budi Pekerti

Kemarahan: Hati-Hati dengan Aksi Impulsif

Kemarahan
Kemarahan. (Canva Pro)

Penguasaan diri muncul ketika seseorangbelajar untuk mengatasi suasana hati dan emosi mereka sebelum mereka mencoba untuk menghadapi situasi atau peristiwa yang disebabkan oleh sebab-akibat. Mereka menganalisis pikiran mereka sebelum mengambil keputusan. Ketika emosi seseorang, seperti kemarahan, tidak terkendali, penalaran dan kemampuan intelektualnya cenderung menurun, dan cenderung membuat kesalahan fatal sehingga tidak mampu menemukan jalan keluar.

Dua skenario berikut menyoroti bagaimana tindakan impulsif yang didorong oleh kemarahan dapat mengakibatkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki.

Kemarahan dan Tutup Teko

Seorang pria pernah dihadiahi sebuah teko keramik berwarna ungu. Dia begitu terpikat dengan teko yang berharga itu sehingga dia biasa meletakkannya di meja samping tempat tidurnya sebelum tidur setiap malam. Suatu malam, dia berguling dan menjatuhkan teko tersebut, menyebabkan tutupnya jatuh ke lantai.

Kecelakaan ini membangunkannya dari tidur dan membuatnya meratap: “Apa gunanya menyimpan teko jika tutupnya hilang?” Dengan ceroboh dan tanpa alasan, karena marah, dia mengambil teko itu dan melemparkannya ke luar jendela.

Keesokan harinya, ia menemukan bahwa tutup teko tersebut telah jatuh ke sepatu katunnya dan bersarang di sana – tidak pecah sama sekali. Ia merasa frustrasi dan menyesal atas tindakan impulsifnya sebelumnya, pikirnya: “Apa gunanya menyimpan tutupnya jika teko itu hilang?”

Tanpa berpikir panjang, karena marah dan kesal atas tindakan bodohnya, dia menginjak tutupnya dan menghancurkannya berkeping-keping. Kemudian, saat dia pergi, dia melangkah keluar dari pintu dan mendongak untuk mengagumi hari yang indah. Teko yang dilemparkannya keluar jendela tergantung dengan aman di dahan pohon.

Orang mungkin merasa kasihan pada pemilik teko ini, tetapi di sisi lain, bisa dikatakan bahwa dia bertanggung jawab atas hasil buruk ini. Sayangnya, dia telah diberi dua kali kesempatan untuk mengubah hasilnya – tetapi dia gagal mengenalinya dan malah bertindak atas dasar kemarahan.

Tindakannya yang terburu-buru membuatnya tidak bisa merenungkan hasil yang lebih positif dan mungkin terjadi. Dalam skenario seperti itu, berhentilah sejenak sebelum mengambil keputusan yang terburu-buru dan berikan diri Anda lebih banyak waktu untuk berpikir dengan tenang; mungkin saja hasilnya akan berbeda. Setelah direnungkan, siapa yang tidak pernah menjatuhkan sesuatu dalam hidup mereka?

“Kecerdasan orang adalah nol saat marah; ini adalah waktu yang paling bodoh untuk mengambil keputusan.” Seperti yang tersirat dari pepatah ini, orang yang memiliki temperamen berapi-api akan sering mengambil keputusan yang salah, yang mengarah pada kesalahan yang tidak dapat diubah. Misalnya, di tempat kerja, jika seseorang berbuat salah kepada Anda, begitu Anda marah, Anda secara impulsif memutuskan untuk keluar dari pekerjaan Anda.

Namun, kemudian, Anda terjebak dalam krisis keuangan karena Anda tidak lagi memiliki aliran pendapatan yang stabil untuk menutupi biaya hidup sehari-hari. Orang yang melakukan sesuatu hanya untuk kepuasan instan dan bertindak tanpa pandang bulu tanpa mengetahui fakta-fakta yang ada, pasti akan mengalami penyesalan dan penyesalan di akhir hidupnya.

Kisah 2 Sepatu Boots

Selama Lima Dinasti di Tiongkok (902-979), Feng Dao dan He Ning adalah teman dekat. Suatu hari, Feng Dao mengenakan sepatu boots yang baru dibelinya untuk mengunjungi He Ning. Secara kebetulan, dua hari sebelumnya, He Ning telah meminta pelayannya untuk membelikan sepasang sepatu boots yang sama.

Selama kunjungan tersebut, He Ning bertanya kepada temannya: “Berapa harga sepatu boots Anda?” Feng Dao mengangkat kaki kanannya dan berkata: “Murah, hanya Rp. 25.000.” Mendengar hal ini, He Ning menoleh ke arah pelayannya, sambil memarahinya, dia bertanya: “Sepatu bootsnya sama saja! Mengapa kamu mengatakan kepada saya bahwa harganya Rp. 50.000?”

Pada saat itu, Feng Dao perlahan-lahan mengangkat kaki kirinya dan berkata: “Yang ini juga Rp. 25.000.” He Ning membeku di tempat karena malu, benar-benar kehilangan kata-kata dan tidak tahu harus berbuat apa.

Seperti yang ditunjukkan oleh skenario di atas, apa yang kita lihat atau dengar sering kali belum tentu benar. Jika kita berhenti sejenak sebelum bereaksi, keadaan bisa saja berubah menjadi berbeda. Jangan biarkan emosi, kemarahan dan rasa mudah tersinggung memengaruhi Anda, karena perilaku sembrono di tengah situasi yang panas bisa mengakibatkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki.

Ada sebuah pepatah: “Siapa pun yang dapat tetap tenang di tengah kekhawatiran, berkepala dingin di tengah kemarahan, dan sadar jernih di tengah emosi, adalah pahlawan sejati.” Jangan berbicara saat marah; jangan berdebat saat kesal – jangan sampai Anda menyesal di kemudian hari! Dalam hidup, yang terbaik adalah tidak terlalu impulsif; beri diri Anda lebih banyak waktu untuk menenangkan diri dan menyadarkan diri sehingga ada ruang untuk mengendalikan dan mengelola diri Anda dengan lebih baik.

Kata-kata terakhir

Seorang psikolog pernah berkata: “Durasi badai emosi sering kali kurang dari 12 detik. Hal ini dapat menghancurkan segalanya pada puncaknya, tetapi angin dan ombak akan menjadi tenang setelah 12 detik. Jika Anda dapat mengendalikan diri dengan baik, emosi negatif tersebut akan menjadi hilang dengan sendirinya.

Ketika Anda mengalami kemarahan, jangan terburu-buru untuk bereaksi; tenangkan diri Anda selama 12 detik atau jauhkan diri Anda dari lingkungan yang membangkitkan emosi tersebut. Ketika Anda mengalami hal-hal yang tidak beres, jangan langsung mengambil keputusan. Beri diri Anda waktu dua hari untuk berpikir, sesuaikan kondisi pikiran Anda, dan baru kemudian menyelesaikan masalah tersebut. (nspirement)

Lebih banyak artikel Budi Pekerti, silahkan klik di sini. Video, silahkan klik di sini

Saksikan Shen Yun via streaming di Shen Yun Creations

VIDEO REKOMENDASI