Ada seekor tikus yang tinggal di kota, mengunjungi kerabatnya yang tinggal di desa.
Sesampainya di desa, kerabatnya tersebut menjamunya dengan jerami dan rerumputan.
Tikus kota lalu memakan jerami dan rerumputan yang disajikan, namun dia tidak menghabiskannya.
Melihat kejadian itu, tikus desa kemudian bertanya: “Ada apa saudaraku? Apakah kamu tidak menyukai makanan yang saya sajikan untukmu?”
Tikus kota menjawab: “Mmm… Bagaimana ya? Maaf sekali saudaraku, tapi di kota, saya biasa memakan daging, buah, juga kue-kue yang lezat. Saya tidak terbiasa memakan jerami dan rumput seperti ini.”
Tikus Desa: “Oh maaf sekali saudaraku, tapi hanya ini yang saya punya. Setiap hari saya mengumpulkan rerumputan yang tumbuh di sekitar sini untuk makan, selain itu, kadang-kadang saya juga mengambil jerami di lumbung manusia.”
Tikus Kota: “Hahaha…tidak apa saudaraku, kita memang memiliki kehidupan yang berbeda.”
Akhirnya malam pun tiba, waktunya bagi mereka untuk beristirahat dan tidur.
Karena tidur di sarang dan di antara pepohonan, udaranya terasa sangat dingin dan tikus kota tidak bisa tidur karena kedinginan.
Keesokan paginya, karna merasa tidak tahan kedinginan, tikus kota lalu berkata:
Tikus Kota: “Saudaraku, sepertinya saya tidak bisa tinggal di sini. Semalaman saya tidak bisa tidur, di sini sangat dingin, tidak seperti di kota, di sana saya bisa tinggal di dalam bangunan yang besar, dikelilingi oleh tembok-tembok yang kokoh, sehingga saya tidak perlu merasakan kedinginan seperti ini.”
Mendengar penjelasan dari tikus kota itu, si tikus desa menjadi terkejut, namun dia merenung sejenak dan akhirnya juga merasa tergoda dengan kata-kata dari tikus kota, dia lalu berkata:“Wah, saudaraku, sepertinya hidup di kota sangat menyenangkan ya. Saya pasti juga bisa makan lebih enak, dan tidur lebih hangat. Emm…bolehkah saya ikut denganmu ke kota?”
Tikus Kota: “Tentu saja boleh saudaraku, ayo kita berangkat.”
Akhirnya mereka berdua tiba di kota, benar saja, tikus kota membawa tikus desa ke sebuah bangunan yang tinggi. Baru saja melihatnya, tikus desa sudah merasa takjub.
Mereka lalu masuk ke dalam bangunan tersebut, dan si tikus kota langsung menunjukkan sebuah ruangan dimana ada daging yang melimpah di atas meja.
Tikus Kota: “Nah, itu daging yang saya ceritakan. Ayo kita makan.”
Mereka berdua bergegas naik ke atas meja, namun malang, baru saja akan mulai makan, terdengar suara yang keras.
(Meeoowwww!!!!)
Tikus Desa: “Hahhh…su..suara apa itu?”
Tikus Kota: “Ayo cepat lari! Sembunyi!”
Mereka berdua berlari dan bersembunyi. Setelah merasa aman di tempat persembunyiannya, si tikus kota lalu berkata:
Tikus Kota: “Itu adalah kucing di rumah ini. Jangan sampai tertangkap olehnya, atau nyawamu bisa melayang!”
Mereka terus bersembunyi hingga si kucing itu pergi, kemudian mereka keluar lagi untuk memakan daging di atas meja.
Namun, baru saja mereka akan makan, dari kejauhan terdengar suara teriakan yang kuat: “Hahh! Tikus kurang ajar!”
Dan kemudian satu sendal melayang tepat mengenai si tikus desa.
Ternyata itu adalah pelayan di rumah tersebut, yang melemparkan sendalnya untuk mengusir tikus yang mencoba mengambil makanan di atas meja.
Tikus Kota: “Ayo cepat lari, sembunyi…!”
Sambil menahan rasa sakit, tikus desa pun berlari mengikuti tikus kota.
Setelah menemukan tempat yang aman, tikus desa berkata kepada tikus kota: “Saudaraku. Hidup macam apa ini? Kita memang bisa makan enak, tapi apa artinya itu semua, jika setiap hari nyawa kita terancam?
Saya pikir, hidup di desa lebih menyenangkan. Saya memang tidak bisa memiliki semua makanan enak dan tempat nyaman ini. Tapi paling tidak, saya bisa menjalani kehidupan saya dengan tenang.”
Kesederhanaan seringkali lebih membawa kedamaian, daripada kemewahan.
Lebih banyak artikel Budi Pekerti, silahkan klik di sini. Video, silahkan klik di sini
Saksikan Shen Yun via streaming di Shen Yun Creations
VIDEO REKOMENDASI