Budi Pekerti

PODCAST Perbuatan Tulus Seorang Bocah Miskin

Di sebuah desa, hiduplah dua keluarga yang rumahnya berdekatan. Satu keluarga yang berada, dan satu lagi adalah keluarga yang kurang berkecukupan. 

PODCAST

Namun anak dari dua keluarga ini sering bermain bersama.

Setiap hari, Nia si gadis kecil dari keluarga berada, akan bermain dengan Budi si anak yang sederhana. Nia gemar memamerkan segala mainannya yang baru kepada Budi, karena ia tahu Budi tidak mampu untuk membelinya. 

“Budi, coba lihat nih mainanku, bagus kan? Kamu punya mainan apa yang bisa kupinjam?” 

“Enggak punya, Nia, aku cuma punya mainan kayu ini aja, ini aku buat sendiri.” 

“Ah, payah kamu Budi! Kamu selalu meminjam punyaku, tapi aku tidak pernah bisa meminjam mainanmu, karena mainanmu jelek-jelek!”

Tapi Budi hanya tertawa. Ia lalu berkata,

“Iya, memang hanya ini mainanku Nia! Kamu boleh pinjam kok kalau mau, sampai puas! Tidak mau pinjam juga tidak apa-apa. Yang penting kamu mau bermain denganku!” 

Nia si gadis manja ini hanya tertawa geli. Ia memang menyukai Budi. Hanya Budi yang tetap mau bermain dengannya, walau ia senang merendahkannya. Ia menganggap Budi terlalu bodoh dan mudah direndahkan. 

Setelah puas bermain, kedua anak ini pun bersama-sama pulang. Namun di tengah jalan, tiba-tiba muncul seekor anjing entah dari mana, menggonggong dengan galak ke mereka. Nia menjerit dan berlari, namun malang, anjing tersebut berhasil menangkap kakinya, lalu mengigitnya. 

Budi yang kaget ketakutan, berhasil menemukan ranting di tengah jalan, lalu menggunakannya untuk menghalau si anjing tersebut. Setelah anjing tersebut kabur, Budi pun menghampiri Nia yang sedang menangis ketakutan. Kakinya terluka digigit anjing. 

“Aduh Nia, kakimu! Sini aku bantu!” 

Ia memapah Nia yang berjalan terpincang-pincang hingga ke rumah si gadis itu. 

Sesampainya di rumah Nia, ayah Nia menyambut mereka di depan pintu dengan kaget. Nia dan Budi pun menceritakan apa yang terjadi. Ayah Nia berterima kasih pada Budi. Setelah Budi pulang, Ayah berkata pada putrinya.

“Nak, sejak kapan kamu berteman dengan si Budi itu?

Nia yang mendengar pertanyaan ayahnya, khawatir ayahnya tidak suka ia berteman dengan Budi si anak sederhana. 

“Maaf Ayah, hanya Budi teman Nia. Yang lain… Nia nggak tahu, mereka sudah tidak mau berteman lagi. Hanya Budi yang mau mendengarkan omongan Nia.” 

Ayah Nia yang mengerti sifat sombong putrinya pun menghela nafas. 

“Nak, dengarkan Ayah baik-baik. Teman seperti Budi, adalah sangat berharga. Betapapun mahalnya mainan yang Ayah belikan untukmu, betapa banyaknya uang yang Ayah miliki, tidak akan bisa membeli teman seperti Budi. Kamu harus bisa menghargainya. Budi adalah jauh lebih berharga daripada semua harta yang Ayah miliki. Ia adalah anak paling sopan dan cerdas yang pernah Ayah temui.” 

Nia pun terdiam. Ia menjadi malu akan kesombongannya dan sikapnya yang selalu merendahkan Budi. Nilai Budi di matanya adalah sangat rendah, namun ternyata sangatlah tinggi di mata ayahnya sendiri.

Jangan pernah sombong dalam hidup, dan jangan pernah merendahkan orang lain. Orang yang anda anggap bodoh dan miskin, siapa tahu sesungguhnya adalah kaya dalam moral dan sangat cerdas dalam menyikapi hidup. Orang yang berbudi luhur, setia dan baik hati, nilainya sangatlah tinggi, dan tidak dapat diukur dengan uang.

Lebih banyak artikel Budi Pekerti, silahkan klik di sini. Video, silahkan klik di sini.

Dengarkan Podcast kami:

Anchor ☛ https://anchor.fm/ntd-kehidupan
Spotify ☛ https://open.spotify.com/show/4phapkNi7D1INq8emRB1Tu