Budi Pekerti

Pola Pikir Sederhana Membawa Kesuksesan

Apakah Anda ingat wawancara kerja pertama Anda atau kencan pertama Anda? Mungkin tidak berjalan sesuai harapan Anda. Jika ya, apakah Anda menyalahkan diri sendiri setelahnya? Apakah kenangan itu masih membekas, membuat Anda gelisah atau bahkan malu? Ketika momen-momen seperti itu meninggalkan bekas, diam-diam dapat membentuk cara kita melihat diri kita sendiri – dan bagaimana kita mengejar kesuksesan.

Bagi banyak orang, ambisi dan disiplin diri hampir identik dengan stres, kerja keras banting tulang, dan terus menerus mengkritik diri sendiri. Menurut Emma Seppälä, direktur sains di Center for Compassion and Altruism Research and Education, pemikiran ini bisa menjadi bumerang. Dalam bukunya yang berjudul The Happiness Track, ia menantang keyakinan bahwa kesuksesan harus datang dari usaha tanpa henti dan penilaian diri yang keras. Menurutnya, kesuksesan sejati tumbuh dari sesuatu yang lebih lembut – kebahagiaan dan welas asih.

Bagaimana welas asih membangun ketangguhan

Seppälä menjelaskan bahwa kasih sayang mungkin terdengar lembut, tetapi sebenarnya merupakan alat psikologis yang sangat kuat. Ratusan studi dalam bidang ilmu saraf dan psikologi menunjukkan bahwa cara kita memperlakukan diri sendiri setelah mengalami kegagalan sangat memengaruhi kinerja kita di kesempatan berikutnya. Ketika kita menanggapi kesalahan dengan pemahaman alih-alih kemarahan, kita memperkuat kesehatan mental sekaligus ketangguhan kita — yaitu kemampuan untuk bangkit dari stres dan kemunduran.

Seppälä menjelaskan bahwa kasih sayang mungkin terdengar lembut, tetapi sebenarnya merupakan alat psikologis yang sangat kuat. Ratusan studi dalam bidang ilmu saraf dan psikologi menunjukkan bahwa cara kita memperlakukan diri sendiri setelah mengalami kegagalan sangat memengaruhi kinerja kita di kesempatan berikutnya. Ketika kita menanggapi kesalahan dengan pemahaman alih-alih kemarahan, kita memperkuat kesehatan mental sekaligus ketangguhan kita — yaitu kemampuan untuk bangkit dari stres dan kemunduran.

Setelah wawancara yang gagal atau pertemuan yang mengecewakan, misalnya, Seppälä merekomendasikan untuk memperlakukan diri Anda seperti layaknya seorang teman baik. Alih-alih tak putus-putusnya menyesali atau menghakimi, dengarkanlah dengan sabar dan ingatkan diri Anda bahwa kesalahan adalah bagian dari manusia. Perubahan sederhana ini akan membantu Anda belajar dan bertumbuh, bukannya menjadi putus asa.

Psikolog Kristin Neff, salah satu peneliti terkemuka di dunia dalam bidang self-compassion, mendeskripsikannya dalam tiga bagian:

  1. Dialog batin yang positif — Gantilah pikiran seperti “Aku benar-benar bodoh” dengan pikiran yang lebih lembut seperti “Tadi tidak berjalan baik, tapi setiap orang bisa saja melakukan kesalahan.”
  2. Menyadari kemanusiaan yang kita miliki bersama — Setiap orang pasti membuat kesalahan; kamu tidak sendirian dalam perjuanganmu.
  3. Kesadaran penuh – Perhatikan emosi yang menyakitkan tanpa terhanyut olehnya. Anda dapat mengatakan pada diri sendiri: “Ini benar-benar sulit sekarang,” atau “Dapat dimengerti jika saya merasa kesal.”

Mempraktikkan pola pikir ini, tulis Seppälä, dapat meningkatkan kesehatan, mengurangi kecemasan dan depresi, dan kemampuan yang lebih tenang dalam menghadapi tantangan.

Cara sederhana untuk mempraktikkan kebaikan terhadap diri sendiri

Meskipun kita tidak dapat mengubah masa lalu, kita bisa mengubah cara kita meresponsnya. Dalam berbagai wawancara, Seppälä menekankan bahwa berbicara kepada diri sendiri dengan kelembutan yang sama seperti saat kita berbicara kepada seorang teman membantu kita mengambil pelajaran dari pengalaman, alih-alih terjebak dalam penyesalan.

Dalam The Happiness Track, ia menguraikan empat strategi sederhana untuk menumbuhkan rasa belas kasih pada diri sendiri:

  1. Ubah nada bicaramu terhadap diri sendiri. Ketika kamu menyadari dirimu sedang bersikap terlalu kritis, cobalah beralih ke pernyataan yang lebih lembut seperti: “Tadi aku sedang tidak fokus, dan itu tidak apa-apa.”
  2. Tulislah surat untuk diri Anda sendiri. Bayangkan menghibur seorang teman yang melakukan kesalahan yang sama, dan tulislah surat untuk diri Anda sendiri dengan suara itu.
  3. Gunakan bahasa yang penuh kasih. Mantra pribadi Neff adalah: “Ini adalah momen penderitaan. Penderitaan adalah bagian dari kehidupan. Semoga saya dapat bersikap baik pada diri sendiri dan memberikan kasih sayang yang saya butuhkan.”
  4. Berlatihlah untuk bersyukur. Setiap hari, buatlah daftar lima hal yang Anda syukuri – dan, jika memungkinkan, lima pencapaian yang Anda banggakan.

Kesalahan nyata yang menghambat kita dari kesuksesan

Seppälä juga memperingatkan tujuh jebakan umum yang sering dilakukan orang saat mengejar kesuksesan:

  • Terus-menerus mengkhawatirkan masa depan alih-alih berfokus pada masa kini.
  • Terlalu banyak bekerja dan mengabaikan perawatan diri.
  • Hidup dalam siklus ketegangan yang berujung pada kelelahan.
  • Terlalu sibuk dengan pekerjaan dan lupa untuk melakukan aktivitas lain.
  • Mengkritik diri sendiri dengan keras setelah melakukan kesalahan.
  • Tetap berada di zona nyaman dan menghindari tantangan baru.
  • Menjadi terlalu fokus pada diri sendiri dan kehilangan hubungan dengan orang lain.

Setiap kebiasaan ini menguras motivasi dan kegembiraan. Membalikkan kebiasaan-kebiasaan tersebut – dengan beristirahat, berinteraksi dengan orang lain, dan belajar dari kegagalan dengan penuh kasih sayang – dapat memulihkan kreativitas dan energi.

Kesuksesan tumbuh dari rasa kasih sayang terhadap diri sendiri

Seppälä berharap para pembaca akan memahami bahwa kesuksesan tidak datang dari berusaha lebih keras mati-matian, tetapi dari merawat pikiran dan tubuh yang memungkinkan pencapaian. Ketika kita memperlakukan diri kita dengan kebaikan, kita akan pulih lebih cepat, berpikir lebih jernih, dan bekerja lebih baik daripada yang kita bayangkan.