Zuo Zongtang, salah satu negarawan paling disegani di akhir Dinasti Qing Tiongkok, adalah sosok yang berpengaruh dalam kesusastraan dan kecakapan militer. Dikenal karena keberhasilannya dalam mengatasi pemberontakan, merebut kembali Xinjiang, menangkis serangan Rusia, dan mendirikan akademi angkatan laut, ia dipuja oleh orang-orang sezamannya dan generasi selanjutnya. Liang Qichao pernah menyebutnya “orang terhebat dalam 500 tahun.” Sun Yat-sen menghormatinya sebagai “pahlawan yang tidak ditemukan dalam seribu tahun.”
Namun, kehebatan Zuo Zongtang tidak semata-mata karena prestasi militernya. Kebijaksanaannya, yang diungkapkan melalui beberapa kata yang dipilih dengan cermat, berakar dalam pada etika Konfusianisme namun sangat relevan untuk saat ini:
1. Kekuatan sejati diperoleh dari perjuangan, dan rasa iri adalah bukti bakat
Zuo Zongtang percaya bahwa kesulitan tidak hanya tidak dapat dihindari tetapi juga diperlukan untuk pertumbuhan pribadi. Seperti baja yang ditempa oleh api, yang kuat ditempa melalui kesulitan. Dalam hidupnya sendiri, Zuo Zongtang berulang kali gagal dalam ujian pegawai negeri kekaisaran, pukulan telak dalam masyarakat tradisional Tiongkok. Namun, alih-alih menyerah pada keputusasaan, ia beralih ke belajar mandiri dan memperdalam pemahamannya tentang pemerintahan dunia nyata.
Kutipan ini juga menunjukkan kebenaran: jika tidak ada yang iri pada anda, anda mungkin tidak melakukan apa pun yang pantas membuat iri. Orang-orang yang menonjol — entah karena bakat, keyakinan, atau kesuksesan — pasti akan menarik kritik dan iri hati. Seperti pohon-pohon tinggi yang menghadapi angin, keunggulan menarik perhatian, dan sering kali, perlawanan.
Pesan di sini jelas: bertahanlah melalui cobaan, abaikan iri hati orang lain, dan tetaplah fokus pada visi jangka panjang Anda.
2. Bercita-citalah tinggi, tetaplah membumi, hiduplah sederhana
“Bercita-citalah untuk mencapai tujuan tertinggi, namun bertemanlah dengan orang-orang yang rendah hati, nikmatilah berkat dengan sederhana. Berdiri di tempat tinggi, duduklah di tempat yang datar, berjalanlah menuju keterbukaan .”
“Menikmati berkat dengan sederhana” mungkin adalah yang paling menyentuh. Hal ini mendorong kita untuk merasa puas dengan apa yang kita miliki dan menolak keinginan untuk hidup mewah.
Dua baris berikutnya adalah peta jalan untuk perilaku pribadi:
- “Berdiri di tempat yang tinggi” berarti mengadopsi nilai-nilai luhur dan perspektif yang luas.
- “Duduk di tempat yang datar” mengingatkan kita untuk tetap rendah hati dan membumi.
- “Berjalan menuju keterbukaan” berbicara tentang toleransi dan pola pikir yang luas.
3. Waspadalah terhadap pikiran picik dan hati yang curiga
“Jangan berbisnis dengan mereka yang suka tawar-menawar. Jangan membuat rencana dengan mereka yang penuh keraguan.”
Ini adalah tentang kebijaksanaan dalam hubungan. Mereka yang terobsesi dengan keuntungan kecil, sering kali tidak memiliki integritas. Mereka mungkin tampak tidak berbahaya, tetapi mereka memilih kepentingan pribadi daripada kesetiaan pada saat-saat yang benar-benar penting. Kemitraan finansial dengan orang-orang seperti itu biasanya ditakdirkan untuk konflik atau pengkhianatan.
Demikian pula, orang yang terlalu curiga adalah sekutu yang buruk dalam perencanaan atau kepemimpinan. Menebak-nebak dan tidak percaya secara terus-menerus menguras energi, menghancurkan kepercayaan, dan menghalangi tindakan yang efektif. Maksud Zuo Zongtang bukanlah untuk menghakimi dengan kasar, tetapi untuk memilih dengan bijak. Kolaborasi dan kepercayaan itu berharga — jangan sia-siakan pada mereka yang tidak memberikan timbal balik.
4. Pilih teman yang baik, belajarlah dengan giat, dan jangan sombong
“Berhati-hatilah dalam memilih teman, tekunlah membaca dan bekerja, dan hindari menjadi sombong dan pamer.
Panduan terakhir ini adalah yang paling lengkap dari Zuo Zongtang. Ini tentang membangun karakter dan menumbuhkan kehidupan yang bermakna.
Ia mengingatkan kita bahwa persahabatan lebih dari sekadar berteman — ia mencerminkan nilai-nilai kita. Mengelilingi diri anda dengan orang-orang yang jujur dan ulet membentuk perilaku dan aspirasi anda. Sebaliknya, bergaul dengan orang-orang yang berpura-pura atau egois dapat mengikis prinsip-prinsip anda secara diam-diam.
Membaca dan bekerja — “耕读” dalam bahasa Mandarin — melambangkan kebajikan kembar dari pertumbuhan intelektual dan ketekunan. Bahkan di era digital saat ini, prinsip Konfusianisme ini tetap berlaku. Pembelajaran seumur hidup dan kerja jujur tetap menjadi jalan penting menuju kepuasan dan harga diri.
Terakhir, Zuo Zongtang mengajak kita untuk menolak “浮华” — kesombongan. Ia melihat dengan jelas bahwa kesombongan mengarah pada kekosongan dalam segala bentuknya. Bukan apa yang Anda pamerkan, tetapi apa yang anda bangun di dalam diri yang penting.