8. Kebenaran Politik: Polisi Berpikiran Iblis
Negara-negara komunis mempraktikkan kendali ketat atas ucapan dan pemikiran. Namun, sejak 1980-an, bentuk kendali bicara dan pemikiran yang lain telah muncul di Barat. ‘Polisi’ yang berpikiran menggunakan spanduk “kebenaran politik” untuk mengamuk di media, masyarakat, dan sistem pendidikan, menggunakan slogan dan kritik massa untuk menahan ucapan dan pemikiran. Meskipun banyak yang sudah merasakan kekuatan jahat dari kendali ini, mereka belum memahami asal-usul ideologisnya.
Frasa seperti “kebenaran politik,” bersama dengan “kemajuan” dan “solidaritas,” telah lama digunakan oleh partai-partai komunis. Makna dangkal mereka adalah untuk menghindari penggunaan bahasa yang diskriminatif terhadap minoritas, perempuan, disabilitas, dan lainnya. Misalnya, “orang kulit hitam” harus disebut “orang Amerika-Afrika,” orang Indian Amerika disebut “orang asli Amerika,” imigran ilegal harus disebut “pekerja tidak berdokumen,” dan seterusnya.
Namun, implikasi tersembunyi di balik kebenaran politik adalah untuk mengklasifikasikan individu ke dalam kelompok sesuai dengan status korban mereka. Karena itu, mereka yang paling tertindas harus diberi penghormatan dan kesopanan paling tinggi. Penilaian ini diberikan semata-mata pada identitas seseorang, dan mengabaikan perilaku dan bakat individu, yang merupakan dasar “politik identitas.”
Gaya berpikir ini sangat populer di Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya. Menurut logika seperti itu, lesbian kulit hitam, yang tertindas di sepanjang vektor ras, jenis kelamin, dan preferensi seksual, berada pada urutan terdepan sebagai korban. Di sisi lain, pria kulit putih yang heteroseksual dianggap yang paling istimewa dan, dalam logika politik korban, harus berada pada urutan paling belakang sebagai korban.
Jenis klasifikasi ini identik dengan apa yang terjadi di negara-negara komunis, di mana individu diklasifikasikan dalam “lima kelas merah” atau “lima kelas hitam” berdasarkan kekayaan dan status kelas mereka sebelum revolusi. Partai Komunis Tiongkok melenyapkan dan menindas para pemilik tanah dan kapitalis karena status kelas mereka yang “salah”, menyerang para intelektual sebagai “Kesembilan Tua yang busuk,” dan meneriakkan bahwa “orang miskin adalah yang paling cerdas; para bangsawan adalah yang paling bodoh.”
Saksikan bagian lainnya: https://www.youtube.com/playlist?list…