Fokus

Negara-negara Asia Perketat ‘Pencucian’ Produk China

Pukulan berat bagi pasar ekspor China. Negara-negara di Asia memperketat aturan ekspor mereka untuk menghentikan apa yang disebut “pencucian” produk China. Istilah itu merujuk pada taktik di mana barang-barang China dikirim ke negara-negara lain di Asia, mengganti label buatan China ke label buatan negara tersebut, lalu diimpor ke AS.

AS telah menuduh bahwa Vietnam melabeli ulang produk-produk China sebagai buatan Vietnam sebelum mengekspornya ke AS. Hal ini memungkinkan China menghindari tarif AS setinggi 245% untuk barang-barang tertentu dan hingga 145% untuk semua barang. Pada bulan April, Vietnam mulai memperketat kontrol impor dari China, demi memperlancar hubungan dengan AS. Negara itu berupaya menghindari tarif timbal balik Trump untuk impor Vietnam ke AS sebesar 46%.

Ekonomi Vietnam sangat bergantung pada ekspor, hingga potensi tarif dapat memperlambat pertumbuhannya secara signifikan. Namun, hal lain yang perlu dicermati adalah, ekspor Vietnam ke AS ini telah dimanfaatkan oleh Beijing untuk menghindari tarif AS. Hal ini disebut “pencucian”, dimana barang yang dibuat di China dikirim ke negara lain seperti Vietnam, diberi label buatan Vietnam, lalu dikirim ke AS.

Impor Vietnam dari China dan ekspornya ke AS bulan lalu mencapai level tertinggi sejak pandemi Covid19. Data bea cukai menunjukkan, Vietnam mengimpor barang senilai lebih dari 15 miliar dolar dari China pada bulan April, yang mengisyaratkan potensi skala ‘pencucian’ produk. Negara-negara Asia lainnya juga meningkatkan upaya untuk melawan taktik perdagangan Beijing ini. Departemen perdagangan luar negeri Thailand mengatakan bulan lalu, mereka juga akan mengambil langkah-langkah untuk memperketat pemeriksaan untuk ekspor yang menuju AS. Sementara itu, Malaysia menyatakan pihaknya berkomitmen terhadap perdagangan yang adil dan akan menyelidiki ekspor ‘pencucian’ produk China.