Berikut adalah cerita legenda putri dari Raja Miao Zhuang, yaitu putri Miao Shan, yang berhasil kultivasi menjadi Bodhisattva Avalokitesvara (Guan Yin / Kwan Im), dikutip dari catatan literatur Dinasti Qing. Dengan sakral dijadikan sebagai referensi.
********
Bab 15: Ribuan jalan penderitaan menjadi sembilan tingkat kesempurnaan, sekali kepala diberi Hardikan Tongkat berhasil menerobos Tiga Ribu Dunia
Ceritanya ketika Xing Kong membersihkan meja persembahan, dia sungguh menemukan air jernih dan ranting willow di dalam botol bening. Dia sering mendengar bahwa ini adalah saatnya Maha Guru Miao Shan memperoleh buah sejati menjadi Buddha, ini sebabnya dia pun girang bukan main, melemparkan kain lap yang dipegangnya, dan langsung berlari keluar dari ruangan. Kebetulan, Yong Lian membawa seikat bunga segar, di bawah masuk untuk dipersembahkan, tapi mereka berdua tidak berhati-hati, akhirnya bertabrakan keras, hampir saja membuat mereka jatuh.
Yong Lian memfokuskan jiwa pikiran, lalu menatap Xing Kong: “Mengapa kamu selalu ceroboh seperti ini? Berlarian ke segala arah, lagi pula apa hal yang terjadi? Sampai menabrak orang begitu sakitnya.”
Xing Kong juga terhenti langkahnya, mengatupkan tangan memberi hormat: “Shifu, saya hanya karena melihat di dalam botol giok putih, sudah ada air jernih dan ranting willow, sehingga girang bukan main, lalu terburu-buru ingin melapor berita baik ini ke Maha Guru, tak disangka saat buru-buru malah menabrak Shifu, mohon ampunannya.”
Yong Lian bertanya: “Sungguh ada hal demikian terjadi?”
Xing Kong menjawab: “Hal ini sungguh benar-benar terjadi, hamba tidak berani berbohong tentang hal ini!”
Yong Lian berkata: “Karena demikian, kamu ambil bunga ini untuk dipersembahkan, saya akan pergi melapor kepada Maha Guru.”
Xing Kong menerima bunga itu dan kembali ke dalam ruangan, sementara Yong Lian pergi ke ruang meditasi Maha Guru, hanya terlihat Maha Guru dan sang pengasuh sedang berbicara, ketika melihat Yong Lian masuk, langsung berkata: “Yong Lian, kamu telah datang, saya tepat ada hal yang ingin disampaikan pada kamu! Mungkin hari ini adalah hari saya bertransformasi! Semalam ketika saya memasuki kondisi Ding, terasa teratai putih di hati mulai mekar, ini mungkin sebuah pertanda.”
Yong Lian juga menceritakan kembali tentang penemuan air jernih dan ranting willow di dalam botol bening.
Maha Guru Miao Shan berkata: “Karena hukum sebab-akibat sudah tiba, kalian pergilah ke Paviliun Linglong untuk menyiapkan tempat persembahan, di sanalah waktu terakhir saya.”
Yong Lian pergi sendiri memberi perintah kepada orang-orang untuk menyiapkan segala sesuatu, sementara Maha Guru Miao Shan pergi membersihkan diri dengan air wangi, mengenakan pakaian yang anggun, setelah itu berjalan perlahan-lahan ke paviliun, duduk di atas kursi meditasi tengah, tampaknya memasuki kondisi Ding.
Mengenai bocah laki-laki bernama Shen Ying, dia memang awalnya berwatak usil, ada niat bikin masalah dengan Maha Guru, ini sebabnya pagi-pagi telah bangun, bahkan belum sempat sarapan, dan langsung dalam sekejap berlari ke kuil. Hanya terlihat para biksuni sedang sibuk, juga mendengar Maha Guru hari ini sungguh benar akan menjadi Buddha, dia merasa sungguh aneh, maka langsung ke paviliun untuk mengamati.
Pada saat itu penduduk di gunung, juga ada yang mengetahui berita ini, disebarkan dari mulut ke mulut, sehingga ada banyak sekali orang datang ke kuil untuk memberi hormat, membuat paviliun Linglong penuh sesak dengan orang-orang. Karena para biksuni masing-masing sudah memejamkan mata melafalkan nama Buddha, maka orang yang datang berkunjung, juga berdiri diam tanpa berani membuat kebisingan.
Di antaranya hanya Shen Ying yang melihat keadaan Maha Guru Miao Shan, tanpa sadar diam-diam tertawa dalam hati: “Kalau tidur ya bilang saja tidur, apa urusannya jadi Buddha atau tidak? Jelas-jelas dia sedang bermain-main di sana, tunggu biar saya takuti dia, dijamin dia akan langsung melompat bangun!”
Dia membuat keputusan, lalu merangkak ke samping ikan kayu besar [alat perkusi] lalu mengambil palu besarnya, dibawanya mendekat ke hadapan Maha Guru, dia berteriak keras, dan dalam sekejap palu itu turun ‘Du’ dengan kerasnya. Saat hantaman itu terjadi, seberkas cahaya merah terpancar keluar, semua orang berpikir telah mencederai kepala, dan darah yang mengalir keluar. Namun ketika melihat lebih jelas, cahaya merah membubung ke atas perlahan, bertahap memadat, membentuk wujud Fa dari Maha Guru: berdiri tanpa alas kaki, tangan memegang botol bening yang tertancap ranting willow.
Anda bertanya mengapa dalam satu pukulan, bisa bertransformasi seperti demikian? Ternyata jiwa Maha Guru, telah berkultivasi mencapai tingkat di mana tidak lagi memerlukan tubuh fisik, namun setelah lama tinggal di dunia manusia, tercemar oleh debu duniawi, Niwan Gong tertutup, jiwa tidak bisa terbebas dari tubuh fisik. Ketika waktunya mendapat satu hardikan tongkat yang tidak terduga, Niwan Gong langsung terbuka, sehingga meminjam kesempatan ini untuk terlahir dan bertransformasi. Kenakalan Shen Ying, tepat adalah hukum sebab-akibat yang sedang berperan!
Pada saat itu, para biksuni tentu saja berebut untuk bersujud memberi penghormatan, bahkan sekelompok orang biasa pun memberi penghormatan ke arah langit. Kemudian, hanya terlihat wujud Fa dari Maha Guru membubung semakin tinggi, perlahan-lahan hilang ke dalam awan putih tidak terlihat lagi, barulah semua orang bangkit berdiri.
Yong Lian menghampiri dan merasakan tubuh Maha Guru yang sudah dingin, maka diperintahkan para biksuni untuk melantunkan sutra dan melafal nama Buddha, dia sendiri bersiap-siap untuk pergi ke kota bersama sang pengasuh, untuk memberitahu Raja Miao Zhuang. Setelah semuanya disiapkan, keduanya turun dari paviliun Linglong, melalui aula utama, dan langsung menuju keluar gerbang gunung.
Terdengar dari arah depan suara gemuruh, dua kuda datang melesat cepat, di atasnya duduk 2 orang pejabat, ketika melihat mereka berdua langsung bertanya: “Biksuni berdua hendak ke mana? Kami diutus atas perintah Raja Miao Zhuang, khusus datang untuk menyampaikan perintah, lekas panggil kepala biara yang sekarang untuk keluar menerima dekrit!”
Pada saat itu sang pengasuh dan Yong Lian memberi hormat, karena sudah mendapat penjelasan, mereka membiarkan kedua pejabat itu masuk ke biara, kemudian menyalakan dupa meja persembahan di ruang utama, semua orang pun berlutut mendengarkan pembacaan perintah.
Ternyata perihal Maha Guru bertransformasi ini, Raja Miao Zhuang sedari awal sudah mengetahui. Karena ketika dia sedang memimpin sidang, dia melihat wujud Fa Maha Guru datang di depan istana, berdiri di udara, dan berkata: “Sekarang karma sudah menjadi buah sejati, Sang Buddha telah memberi gelar ke saya sebagai Daci Dabei Xunsheng Jiuku Guanshiyin Pusa [Bodhisattva Guanshiyin Maha Belas Kasih Pencari Suara Jeritan Penderitaan], yang akan segera pergi ke Hutan bambu ungu Gunung Potalaka di Laut Selatan, untuk menyaksikan kebebasan diri. Ini sebabnya khusus datang untuk mengucapkan selamat tinggal, kelak ketika Yang Mulia meninggal dunia akan datang kembali untuk mengantar.” Oleh karena itu Raja Miao Zhuang pun mengeluarkan dekrit, menyuruh orang untuk melapisi jasad fisik yang ditinggalkan Bodhisattva dengan pernis, agar disembahyangi di Paviliun Linglong, selamanya mendapat asap dupa, dan mengubah nama Paviliun Linglong menjadi Paviliun Guan Yin Belas Kasih. Semua orang tentu saja mematuhi perintah itu, dan sibuk melaksanakannya, tidak berpanjang lebar lagi.
Di sini saya malah ingin menjelaskan beberapa hal. Sepenggal cerita mitos di atas, mungkin terdengar sulit dipercaya, melampaui akal sehat, namun menurut ajaran aliran Buddha, itu masih belum mencakup semuanya! Ini mungkin terkait dengan konteks zaman. Agama Konghucu yang kita kenal sekarang tidak ada mitos semacam ini, namun agama-agama lainnya, mungkin tidak bisa lepas dari lingkaran ini. Mitos dalam ajaran Tao, tentu saja paling banyak, tetapi kita tidak perlu membahasnya. Contoh ajaran Yesus yang dipraktikkan oleh peradaban modern di berbagai negara, juga ada cerita tentang kebangkitan Yesus. Perihal kisah Maha Guru Miao Shan memperoleh Dao [pencerahan], bertransformasi menjadi Guanshiyin Pusa, juga tidak ada salahnya kita pandang dengan cara yang serupa.
Sekarang saya akan kembali ke topik semula, tentang Kuil Jinguangming di Gunung Yemo. Sang pengasuh tentu saja mendapat dukungan orang seluruh biara untuk menjadi kepala biara, kemudian dia mempekerjakan para ahli, pertama untuk melapisi jasad fisik yang ditinggalkan oleh Bodhisattva dengan pernis yang indah berkilap, kedua adalah mengganti plakat Paviliun Linglong dengan plakat Paviliun Guan Yin Belas Kasih, dan juga di dalam paviliun mereka membangun sebuah altar Buddha dan menempatkan jasad fisik Bodhisattva di sana, agar selamanya dikelilingi asap dupa. Proses ini memakan waktu berhari-hari, tetapi akhirnya selesai, dan tak ada yang perlu dibahas lebih lanjut.
Konon di Kerajaan Xinglin pada saat itu, mulai dari Raja Miao Zhuang di atas, hingga rakyat jelata di bawah, ketika melihat bahwa dengan tekad teguh menjalani kultivasi, seseorang sungguh benar dapat memperoleh buah sejati menjadi Buddha, maka semua orang tumbuh keyakinan dalam diri mereka, tak disadari semua orang secara alami mengabdikan diri kepada aliran Buddha, dan ternyata ramalan tentang negara manusia berubah menjadi negara Buddha menjadi kenyataan.
Kemudian, Raja Miao Zhuang juga diselamatkan oleh Bodhisattva, bergabung dengan peringkat para Arhat; sang pengasuh digelari sebagai Raja Pelindung, Yong Lian juga kembali ke Laut Selatan, selamanya melayani Takhta Teratai, bergelar Gadis Naga Harum. Dan kemudian masih ada si anak nakal Shen Ying, setelah dia menyaksikan Bodhisattva mencapai keBuddhaan, juga tiba-tiba Tersadarkan! Dia aslinya adalah esensi Api Bajik di selatan, penuh dengan Qi Kecerdasan, dengan sendirinya adalah setingkat petapa kelas tinggi. Umumnya debu duniawi membutakan kejernihan hati, ini sebabnya melakukan berbagai macam kenakalan, begitu dia Bangun Tersadar, pencapaiannya melampaui orang-orang, kemudian dia juga diterima oleh Bodhisattva dan ditempatkan di bawah Takhta Teratai, bergelar Bocah Bajik nan Kaya. Semua ini adalah peristiwa di masa depan, saya hanya menyampaikan sedikit informasi, dan tidak akan membahas lebih lanjut di bagian berikutnya.
Dengan demikian setelah Bodhisattva Guanshiyin meninggalkan Raja Miao Zhuang, bergerak menaiki awan dan angin, langsung menuju Gunung Potalaka di Laut Selatan, tanpa sedikit pun usaha, sudah sampai di wilayah Gunung Lingshan, dengan pemandangan langit yang luar biasa, yang tidak dapat dibandingkan dengan dunia fana. Sungguh benar perkataan:
Kabut berkah mengelilingi bagai jaring, Cahaya keberuntungan melindungi Teratai Putih.