Tidak semua hal yang dilakukan dengan niat baik akan membuahkan hasil positif, seperti yang terlihat pada kasus pola asuh helikopter.
Mengetahui bagaimana ayah dan ibu yang berada disekeliling anak-anak memengaruhi tumbuh kembang anak-anak mereka.
Pola asuh helikopter adalah gaya pengasuhan di mana orang tua “mencurahkan terlalu banyak perhatian pada anak,” tutur Carolyn Daitch, Ph.D.
Tentunya banyak hal yang telah dikorbankan para orang tua demi anak-anak mereka, namun hal ini dapat dengan mudah berubah menjadi pola asuh helikopter ketika anak tumbuh dewasa.
Apakah yang dimaksud pola asuh helikopter?
Istilah pola asuh helikopter menggambarkan orang tua yang perhatiannya terlalu berlebihan terhadap kebutuhan anak mereka.
Biasanya sulit untuk mengukur kapan sesuatu dilakukan secara berlebihan, terutama ketika menjaga anak-anak. Tentu saja, sebagian besar orang tua menginginkan yang terbaik untuk anak-anak mereka, tetapi kapan sesuatu itu dianggap berlebihan?
Cara mengenali pola asuh helikopter
Ilustrasi karakteristik yang disebut sebagai pola asuh helikopter ini sama sekali tidak dimaksudkan untuk menghakimi seseorang.
Mari kita lihat secara objektif orang tua yang terlalu fokus pada anak-anak mereka.
Tidak semua orang tua dengan pola asuh helikopter buruk, tetapi terkadang mereka bertindak terlalu jauh, yang dapat berdampak negatif pada anak.
Berikut 7 karakteristik pola asuh helikopter:
- Anda merasa harus bertarung dalam pertempuran anak Anda.
- Anda mengerjakan pekerjaan rumah untuk mereka.
- Anda mengatur guru mereka.
- Anda menjaga anak-anak Anda dengan ketat.
- Anda mengatur segala sesuatu di belakang mereka tanpa bisa dinego.
- Anda selalu sangat berhati-hati dan menghindari resiko.
- Anda tidak pernah membiarkan mereka gagal.
Hanya karena Anda mungkin telah mencentang beberapa atau semua poin di atas, bukan berarti Anda adalah orang tua yang buruk. Sebaliknya, hal ini hanya memberi Anda bahan untuk dipikirkan.
Tanyakan pada diri Anda sendiri apa yang Anda inginkan untuk masa depan anak Anda – apakah Anda berniat mengarahkan mereka ke sana atau mereka akan sampai di sana dengan cara mereka sendiri.
Penyair Romawi, Ovid, berkata: “Paling aman jika Anda menapaki jalan tengah.”
Apa yang dimaksud dengan orang tua helikopter?
Di masa lalu, istilah “orang tua helikopter” digunakan untuk menggambarkan orang tua yang memiliki anak yang masih kecil dan tinggal di rumah. Istilah ini dimulai pada tahun 1990-an di Amerika Serikat.
Kemudian, para ahli pendidikan memutuskan untuk menggunakan istilah ini untuk menggambarkan orang tua kelas menengah yang selalu menangani urusan anak-anak mereka, mencoba mengawasi dan mengatur hampir setiap aspek kehidupan mereka.
Ada banyak diskusi tentang mengapa orang tua mulai bersikap seperti ini.
Ralph Waldo Emerson, seorang filsuf Amerika, mengatakan: “Pria adalah apa yang dibentuk oleh ibu mereka.”
Pernyataan tersebut masih berlaku sampai sekarang. Salah satu penjelasan yang masuk akal datang dari Dr. Paul Redmond, kepala bagian karir di Universitas Liverpool.
Dr. Redmond mengatakan bahwa meningkatnya pola asuh helikopter dapat dikaitkan dengan kebijakan yang berbeda dan promosi komersial sektor universitas, dengan biaya tinggi dan lanskap yang kompetitif.
Ini berarti bahwa kebijakan-kebijakan tersebut, ditambah dengan fakta bahwa sektor universitas memasarkan dirinya sendiri kepada publik, telah mengubah orang tua dari berperilaku sebagai wali menjadi berperilaku lebih seperti konsumen.
Pola pikir yang diadopsi oleh beberapa orang tua ini, seperti yang dikatakan oleh Dr. Redmond: “Mereka membayar uangnya; mereka berharap untuk melihat hasilnya.”
Namun, hal ini tidak bisa dilihat sebagai sesuatu yang buruk karena beberapa orang tua bekerja seumur hidup untuk memberikan masa depan yang lebih baik bagi anak-anak mereka.
Masalah dengan pola asuh helikopter
Bagi orang tua, menaruh perhatian itu memang baik, tetapi pola asuh helikopter memiliki beberapa kelemahan bagi perkembangan anak. Berikut adalah dampaknya terhadap anak:
1. Tidak mampu menoleransi kegagalan
Masa-masa sulit menciptakan orang-orang yang kuat. Pria yang kuat menciptakan masa-masa yang mudah. Masa-masa yang mudah menciptakan orang-orang yang lemah. Pria yang lemah menciptakan masa-masa sulit.
Karena orang yang beranjak dewasa tidak terbiasa dengan tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan, akan lebih sulit bagi mereka untuk menghadapi kegagalan di kemudian hari.
Bayangkan jika seorang anak tidak terpilih menjadi anggota tim olahraga, kemudian orang tua berbicara kepada pelatih dan secara ajaib, anak tersebut bisa masuk dalam tim. Apa yang akan terjadi jika anak membangun bisnis dan ditolak oleh masyarakat karena produknya tidak diminati?
Anak-anak harus tumbuh dengan suatu bentuk ketahanan terhadap kegagalan. Artinya, orang tua harus tetap membiarkan anak mereka gagal untuk belajar bagaimana bertahan di awal kehidupannya.
2. Perasaan berhak
Semakin anak terbiasa mendapatkan apa yang mereka inginkan dengan mengorbankan orang lain, mereka akan semakin merasa berhak ketika mereka tumbuh dewasa.
Salah satu kesalahpahaman adalah bahwa perasaan berhak hanya ada di orang yang sangat kaya. Yang benar adalah bahwa perasaan berhak dapat muncul dari anak-anak yang dibesarkan dengan orang tua yang memberikan semua yang mereka minta.
Entitlement (perasaan berhak) terjadi ketika anak-anak yang sudah dewasa berpikir bahwa mereka berhak mendapatkan sesuatu berdasarkan “hanya karena”. Namun, sayangnya, banyak hal yang diberikan kepada mereka yang pantas mendapatkannya dengan bekerja untuk itu atau mencapai prasyarat untuk itu dan bukan “hanya karena”.
3. Ketergantungan
Setiap orang tua ingin menjaga anak mereka, tetapi tujuan sebenarnya adalah untuk mengajarkan mereka cara menjaga diri sendiri.
Tidak banyak anak yang tahu bagaimana melakukan hal ini, yang terkadang dapat dikaitkan dengan pola asuh helikopter. Apabila orang tua selalu memastikan bahwa seorang anak mendapatkan keinginannya ketika mereka mengharapkannya, hal ini berarti orang tua telah mengambil kesempatan bagi anak untuk mandiri.
Tanpa adanya kesempatan bagi anak-anak yang beranjak dewasa untuk belajar mengurus diri mereka sendiri, kesulitan hanya akan bertambah seiring bertambahnya usia mereka.
Meskipun beberapa anak mungkin tidak keberatan untuk selalu bersama orang tua mereka, apa yang terjadi Ketika nantinya mereka berada di lingkungan kerja?
Kesimpulan
Tidak ada salahnya membiarkan anak mengalami penolakan, kegagalan, dan. Sebagai orang tua, kuncinya adalah menentukan hal-hal apa saja yang perlu dibantu dan hal-hal apa saja yang harus dilakukan anak secara mandiri. (nspirement/sia/may)
Lebih banyak artikel Keluarga, silahkan klik di sini.
Saksikan Shen Yun via streaming di Shen Yun Creations
VIDEO REKOMENDASI