Makanan pokok orang Jepang adalah nasi, dan mereka terobsesi dengan bola-bola nasi seputih salju.
Bola nasi, juga dikenal sebagai onigiri, musubi, atau nigiri-meshi, adalah makanan Jepang yang terbuat dari nasi putih yang dibentuk bulat, segitiga, atau silinder dan biasanya dibungkus dengan nori (rumput laut). Biasanya, onigiri ini memiliki isian yang asam atau asin seperti umeboshi (acar plum Cina), salmon asin, katsuobushi (ikan bonito yang diasap dan difermentasi), kombu, tarako, atau mentaiko (telur ikan pollock), atau takanazuke (acar sawi merah raksasa Jepang).
Onigiri sangat dicari di Jepang dan sering dimakan tiga kali sehari. Orang Jepang bahkan makan pangsit dan ramen dalam mangkuk nasi kecil, yang menunjukkan kecintaan mereka yang mendalam pada nasi. Namun, secara keseluruhan, orang Jepang bertubuh kurus dan memiliki tingkat obesitas yang sangat rendah. Melihat orang Jepang dengan perut buncit di jalan adalah hal yang langka. Mengapa demikian?
Sebuah penelitian menemukan bahwa, meskipun sebagian besar orang Asia pada umumnya mengonsumsi karbohidrat sebagai makanan pokok, ada perbedaan yang spesifik. Orang Jepang makan tiga kali makan karbohidrat, tetapi tingkat obesitasnya masih sangat rendah. ada tiga alasan utama:
3 alasan mengapa tingkat obesitas di Jepang rendah meskipun makan onigiri
- Onigiri Dingin memiliki ebih Sedikit Pati
Bahan utama dalam air berkarbonasi adalah pati. Bahan ini akan terus mengembang seiring dengan proses memasak, partikel pati dengan suhu, dan pengaruh air, sehingga menghasilkan pasta. Saat panas, pati akan semakin mengembang dan lebih mudah terurai menjadi glukosa, menghasilkan kalori dan meningkatkan gula darah.
Namun, orang Jepang lebih menyukai karbohidrat yang lebih dingin seperti onigiri dan sushi. Ketika nasi didinginkan, partikel pati akan mengkristal dan tidak mudah terurai, sehingga menahan enzim amilase. Istilah ini adalah “pati yang menua” atau “pati yang resisten”.
- Nasi Keras vs. Nasi Lunak
Nasi keras adalah jiwa dari onigiri dan sushi Jepang. Ini juga merupakan alasan mengapa orang Jepang makan karbohidrat tetapi tidak menambah berat badan, sebuah “rahasia di antara rahasia-rahasia lainnya. Anda dapat melihat bahwa nasi Jepang semuanya terbuat dari butiran yang jernih, butiran yang berotot, dan mutiara yang transparan. Memasak menjadi nasi yang lembut adalah hal yang paling tabu bagi ibu rumah tangga Jepang.
Di sinilah prinsip “pasta kanji” berlaku. Ketika partikel pati ditempelkan dengan baik, partikel tersebut akan lebih mudah dicerna dan diserap, sehingga pasta ini cocok untuk orang yang baru sembuh dari penyakit serius atau untuk bayi yang sedang menyusui.
Softly cooked rice porridge is easier to digest and assimilate than well-cooked rice, making it easier to get hungry. However, eating hard rice can slow down the digestion and absorption of carbohydrates after meals, thus maintaining a sense of fullness for longer.
Bubur nasi yang dimasak dengan lembut lebih mudah dicerna dan diserap daripada nasi yang dimasak dengan baik, sehingga lebih mudah merasa lapar. Namun, makan nasi yang keras dapat memperlambat pencernaan dan penyerapan karbohidrat setelah makan, sehingga mempertahankan rasa kenyang lebih lama.
- Menyisir Bahan-bahan lain dengan Cerdik
Meskipun orang Jepang suka makan karbohidrat di setiap makanan, jumlah makanan pokok yang dialokasikan untuk setiap kali makan sangat minim.
Sarapan pagi biasanya terdiri dari bubur, nasi, atau telur. Toko serba ada menjual sandwich, tetapi porsinya relatif kecil. Sandwich hanya terdiri dari dua potong roti tipis yang diapit dengan sayuran atau buah dan kemudian dipotong menjadi dua.
Kebanyakan orang Jepang membawa bekal makan siang mereka, termasuk nasi, sayuran, ikan, dan buah. Ukuran kotak bento kecil, dan nasinya sebagian besar hanya sedikit, tetapi proporsi sayurannya sangat tinggi.
Dan makan malam sebagian besar adalah makanan yang dikukus, sup miso, teh, dll. Makan malam mereka mirip dengan makan siang, tetapi jauh lebih ringan. Makan makanan ringan, dengan campuran yang seimbang, risiko obesitas secara alami jauh lebih rendah.
5 Kebiasaan Orang Jepang yang Mudah Menurunkan Berat Badan!
- Aktivitas
The University of Tokyo, Japan, University College of Medicine, Department of Diabetes. Metabolic internal medicine expert Aoyama Lunjiu once said that the Japanese dislike specialized sports, but their lives are not idle.
Pakar penyakit dalam metabolik Universitas Tokyo, Jepang, Fakultas Kedokteran Diabetes Aoyama Lunjiu pernah mengatakan bahwa orang Jepang tidak menyukai olahraga khusus, tetapi hidup mereka tidak menganggur.
Mereka tidak duduk jika mereka bisa berdiri, dan mereka tidak berdiri jika mereka bisa berjalan. Karena sebagian besar fasilitas hidup orang Jepang lebih tertata dengan baik, mereka jarang duduk mengendarai mobil, lebih menggunakan transportasi publik, banyak orang Jepang yang suka berjalan kaki atau bersepeda, secara tidak sengaja berolahraga.
- Masakan Ringan
Makanan rendah lemak, rendah garam, lebih banyak dikukus, dan lebih banyak sup adalah “esensi” dari makanan Jepang.
Sebagai contoh, kubis kukus yang dicelupkan ke dalam saus bumbu khas Jepang merupakan makanan yang lezat; salad terdiri dari sayuran segar yang ditaburi sedikit garam, beberapa tetes minyak zaitun, dan kemudian ditaburi biji wijen. Sederhana adalah kuncinya meskipun “salad” disajikan di meja makan.
Masakan Jepang juga dikenal sebagai “masakan air”. Masakan ini umumnya menggunakan lebih sedikit minyak, garam, dan bumbu. Prinsipnya adalah membuat berbagai bahan makanan untuk mempertahankan rasa aslinya. Ibu rumah tangga Jepang jarang menggoreng atau merebus makanan mereka; sebagai gantinya, mereka mengukusnya, mencampurnya dengan air dingin, atau merebusnya dalam air.
Orang Jepang makan makanan laut, produk kedelai, dan sayuran yang tidak membutuhkan banyak minyak untuk menggoreng dan merebus, pada dasarnya mentah atau dicampurkan ke dalam salad.
- Makanan laut
Hidangan laut sangat melimpah di Jepang. Dari bulan Maret hingga Mei setiap tahun, ikan enam baris, cumi-cumi, kerang, ikan bass, dan ikan haring menjadi “tamu kehormatan” di atas meja orang Jepang; dari bulan Juni hingga Agustus, abalon, belut, ikan lele, dan ikan air tawar hitam mulai menjadi primadona; pada musim gugur, belut, ikan flounder, ikan todak, dan ikan tuna menjadi fokusnya; dan pada musim dingin, ikan kod, ikan kembung, dan ikan tuna menjadi ikan yang paling lezat.
Menurut surat kabar Jepang Shin-Hwa, banyak tempat di Jepang mengadakan festival ikan todak pada musim gugur, dan pemandangan 10.000 orang yang menyantap ikan ini sangat spektakuler.
Data menunjukkan bahwa konsumsi ikan per kapita tahunan di Jepang telah meningkat dari lebih dari 70 kilogram menjadi lebih dari 100 kilogram, bahkan lebih banyak daripada konsumsi beras, yang lebih dari dua kali lipat konsumsi ikan per kapita di Perancis.
- Teh
Orang Jepang suka minum teh, terutama teh hijau dan polifenol teh. Teh membantu pencernaan dan metabolisme. Teh mengandung polifenol, minyak aromatik, mineral, protein, vitamin, dan nutrisi lainnya. Teh hijau muda sangat cocok untuk memperkuat fungsi jantung dan ginjal, melancarkan peredaran darah, dan membantu pencernaan.
- Bekal Buatan Sendiri
Jepang memiliki sejarah panjang dalam budaya bento; kebanyakan orang, baik pekerja kantoran maupun pelajar, akan membawa bekal bento untuk makan siang. Jika Anda membuat makanan sendiri, Anda akan lebih memperhatikan kombinasi nutrisi dan tidak menambahkan garam, minyak ataupun penyedap rasa seperti pada makanan beli. Pekerja kantoran yang memesan makanan cepat saji dan tidak suka memasak sendiri akan dengan mudah mengalami kenaikan berat badan dalam jangka panjang, yang akan berdampak pada kesehatan mereka. (nspirement)
Lebih banyak artikel Kesehatan, silahkan klik di sini
VIDEO REKOMENDASI
Saksikan Shen Yun via streaming di Shen Yun Creations