Banyak Jeeps, kendaraan peninggalan militer AS semasa Perang Dunia ke-II, sejak lama telah dikonversi menjadi alat transportasi umum (disebut Jeepney) yang dapat mengangkut 15 hingga 20 penumpang sekaligus (setelah pandemi hanya diperbolehkan terisi separuh dari kapasitasnya). Meski sering dituduh sebagai biang kemacetan lalu lintas di Kota Manila, “angkot” ini telah menjadi demikian populer, karena setelah PD ke-II, pemerintah Filipina sendiri tidak segera membangun jaringan transportasi umum dan massal lainnya yang sangat dibutuhkan masyarakat, maka Jeepney yang lahir dari kombinasi antara improvisasi dan kebutuhan, segera mengisi kekosongan ini.
Pemerintah Filipina sejak beberapa waktu telah berencana untuk menghentikan oprasional Jeepney yang telah lansia, alias berusia 15 tahun atau lebih serta menggantinya dengan moda angkutan kota yang lebih modern dan juga ‘eco’, tetapi rencana tersebut mengalami penolakan dari sejumlah kalangan. Jeepney telah menjadi simbol kehidupan sehari-hari warga kebanyakan Filipina dan sekaligus nostalgia akan masa lalu.
Bagi pariwisata kota, Jeepney hampir identik dengan Manila sendiri. Kota Metropolitan Manila, tidaklah jauh berbeda dengan metropolitan lainnya di Asia yang modern dengan gedung-gedung pencakar langit. Lantas apa yang khas darinya? Satu dua jeepney berseliweran di jalan, langsung memberi kesan berbeda, itulah keunikan dan kelebihan jeep lansia ini.
Selain sebagai moda transportasi umum, Jeepney juga adalah ekspresi artistik, harapan dari pemiliknya. Betapa tidak, didekorasi dengan berbagai ornamen ditambah beragam slogan dan lainnya, meski tidak semuanya indah atau bahkan terkesan ‘norak’, setiap kendaraan tetap adalah unik.
Jakarta telah lama kehilangan “Oplet”, maka jangan lewatkan kesempatan mencoba Jeepney saat anda berada di Manila atau provinsi sekitarnya. (NTD Indonesia/Karnadi)
Lebih banyak artikel Wisata, silahkan klik di sini.
VIDEO REKOMENDASI