Kisah

Mengayun Langkah di Taman Ayun

Taman Ayun
Taman Ayun. (dok. Karnadi)

Menurut catatan sejarahnya, Pura Taman Ayun sudah berusia hampir 400 tahun, mulai dibangun pada 1634 oleh Raja Mengwi saat itu. Barangkali menarik untuk disimak, bahwa sekitar 100 tahun kemudian pada 1750 konon direnovasi kembali dengan melibatkan seorang arsitek keturunan Tionghoa. Pertukaran antarbudaya ternyata telah berlangsung lama di Indonesia.

Pada 6 Juli 2012, UNESCO menetapkan beberapa lansekap budaya Provinsi Bali sebagai situs warisan dunia, mencakup sistem pengairannya yang terkenal (subak), Danau Batur dan salah satu situs bangunan kuno yang masuk daftar kehormatan tersebut adalah Pura Taman Ayun yang terletak di Desa Mengwi, Kabupaten Badung.

Banyak kalangan menyebut ini merupakan salah satu pura tercantik di Bali, barangkali dikarenakan kombinasi yang serasi antara kolam air dan halaman hijau serta pelataran berjenjang yang mengelilingi kompleks pura utama. Pengunjung memasuki gerbang pertama setelah melintasi kolam air, terus berjalan hingga undakan dan gerbang berikut. Jenjang ini konon bermakna tingkatan alam, mulai dari duniawi hingga mencapai alam dewa.

Ketika kaki terus mengayun ke dalam, undakan tangga demi undakan tangga, menuntun kita memasuki halaman dalam yang juga dikelilingi oleh kolam air, suasana di dalam pura akan menjadi semakin lenggang dan damai, rimbunnya pepohonan di sekitar juga memberikan keteduhan yang menyejukkan mata dan hati. Di dalam kompleks utama di bagian tengah akan ditemukan bangunan yang disebut pelinggih meru, bangunan yang sering dijumpai sebagai bagian dari arsitektur pura di Bali dan melambangkan Gunung Mahameru, gunung yang menurut mitologi India merupakan tempat bersemayamnya para dewa.

Apalagi saat ini di era pandemi, tidak banyak rombongan wisatawan yang berkunjung, maka kompleks ini seperti oase tenang yang selain hijau juga indah karena dikelilingi kolam air. Barangkali itu sedikit kesan yang tertinggal saat mengayun langkah perlahan di Pura Taman Ayun.

Saat hendak meninggalkan kompleks itu, dengan nada canda bocah laki-laki di gerbang luar bersenandung: “Om, om, mengapa manyun, yo jalan-jalan ke Taman Ayun.” (ntdindonesia.com/karnadi)

Lebih banyak artikel Wisata, silahkan klik di sini.

VIDEO REKOMENDASI