Panglima besar Jendral Bernard Montgomery, yang dikenal karena kecermatan dan daya juangnya, adalah salah satu jenderal Inggris yang paling terkemuka selama Perang Dunia II. Ia memegang rekor sebagai jenderal yang mengabdi paling lama dalam sejarah Inggris, dan hidupnya seperti kisah epik militer.
Montgomery sangat dihormati karena wawasan militernya. Ketika pasukan Jerman menyerbu Belanda dan Belgia, banyak komandan Sekutu masih tidak yakin dengan pergerakan musuh. Namun, Montgomery telah membuat strategi perang yang terperinci.
Meskipun karier militer awalnya relatif biasa-biasa saja, Perang Dunia II memberi Montgomery kesempatan untuk bangkit menjadi hebat. Di usianya yang lima puluhan saat itu, ia mulai memberikan satu kemenangan demi satu kemenangan.
Ketika pasukan Italia Mussolini menyerbu Afrika, mereka dengan cepat dipukul mundur oleh pasukan Inggris. Namun, Hitler kemudian mengirim jenderal kepercayaannya, Erwin Rommel, untuk memimpin pasukan Poros di Afrika Utara. Dikenal sebagai “Rubah Gurun” karena kecemerlangan taktisnya, Rommel mengalahkan Inggris berkali-kali.
Meskipun terjadi beberapa kali pergantian kepemimpinan, Inggris tidak mampu menghentikan kekalahan. Pada tahun 1942, Perdana Menteri Winston Churchill mengangkat Montgomery sebagai komandan Angkatan Darat Kedelapan. Montgomery menghabiskan dua bulan untuk memperkuat disiplin dan moral pasukannya. Kepemimpinannya membuat mereka sangat menghormatinya, dan ketika ia akhirnya memimpin mereka ke medan perang, momentum berubah..
Pertempuran El Alamein Kedua yang krusial berakhir dengan kemenangan Inggris yang menentukan. Montgomery telah mengalahkan Rommel dan membalikkan keadaan perang di Afrika Utara. Dipuji sebagai “Pemburu Rubah”, ia menjadi pahlawan nasional dan dikenal di seluruh Inggris.
Kunjungan Montgomery ke Tiongkok dan perkataan yang mengejutkan Mao
Pada bulan Mei 1960, Panglima tertinggi Montgomery mengunjungi Beijing atas undangan pemerintah Tiongkok. Selama kunjungannya, ia mengajukan pertanyaan yang kemudian disebut sebagai “Penyelidikan Montgomery”: Akankah Tiongkok, lima puluh tahun dari sekarang, menjadi agresor?
Pada sebuah pertemuan di Zhongnanhai, Mao Zedong dengan bangga menceritakan kemenangan Komunis dalam operasi militer Liaoshen, Huaihai, dan Pingjin, menggambarkan dengan sangat rinci bagaimana pasukan Komunis mengalahkan tentara Nasionalis selama perang saudara Tiongkok.
Saat Mao berbicara dengan antusias dan bersemangat, Montgomery tetap diam dan tanpa ekspresi. Kemudian, dalam momen konfrontasi langsung yang langka, ia menyela Mao dan berkata dengan dingin:
“Di Barat, kami tidak pernah membanggakan perang saudara. Membantai orang-orang anda sendiri bukanlah sesuatu yang bisa dibanggakan — itu tidak membuat seseorang menjadi pahlawan.”
Ruangan itu menjadi sunyi. Mao terdiam sesaat, terkejut dengan kata-kata sang jenderal, membuatnya diam seribu bahasa.