Tujuan Terakhir dari Paham Komunis

Tujuan Terakhir dari Paham Komunis (25): Kesenian Tradisional VS Kesenian Iblis

“Tujuan Terakhir dari Paham Komunis” (25)

6. Kesenian Tradisional VS Kesenian Iblis

Kebudayaan Tradisional bangsa Tionghoa sering disebut sebagai “Peradaban dengan Etika dan Musik”. Etika [Li], artinya menghormati Tuhan dan memberi persembahan. Di dalam “Zuo Zhuan” tertulis “Manusia Beretika, Sesuai dengan Kehendak Langit, Sesuai dengan Prinsip Bumi, Berperilaku mengikuti Norma Masyarakat”, orang Tiongkok juga sering menyebutnya “Sesuai Prinsip Langit dan Bumi”. Langit, Bumi, dan Tuhan merupakan sumber dari moralitas tatanan hidup manusia, Etika telah membangun hubungan antara Langit – Bumi – Manusia. Musik [Yue] adalah musik dan tarian yang dimainkan saat memberi persembahan untuk menyanjung Tuhan. Musik dan tarian yang ditampilkan harus Sesuai Prinsip Langit dan Bumi, juga berisikan ajaran moralitas yang bermanfaat. Menyanjung Tuhan dan memurnikan hati manusia, merupakan tujuan dasar dalam seni Kebudayaan Warisan Dewa. Ini merupakan makna sesungguhnya dari “Peradaban dengan Etika dan Musik” bangsa Tionghoa sebelum dirusak oleh PKT.

*Zuo zhuan atau Chun Qiu Zuo Zhuan, umumnya diterjemahkan sebagai Tradisi Zuo atau Tafsiran Zuo, adalah sebuah sejarah naratif Tiongkok kuno yang secara tradisional dianggap sebagai tafsiran mengenai kronik Sejarah Musim Semi dan Gugur. (wikipedia)

“Musik Agung dan Langit Bumi Saling Mengharmoniskan, Etika Tinggi dan Langit Bumi Saling Tersambung.” (“Liji [Book of Rites], Yueji [Catatan Musik]”) “Etika Tinggi dan Langit Bumi Saling Tersambung”, berarti Langit sebagai junjungan dan Bumi sebagai landasan, esensi dari Etika adalah rasa “Hormat”. Antar manusia harus saling menghormati, apalagi yang berada di posisi bawah, lebih-lebih harus mengungkapkan rasa hormat kepada kehidupan yang ada di atas. Ini sebabnya sikap hormat yang paling sakral adalah sikap hormat saat memberikan persembahan kepada Tuhan.

Ketika memberikan persembahan, musik dan tarian serta bentuk kesenian lainnya digunakan untuk menyanjung Tuhan. “Shijing” terbagi dalam bagian Guofeng – Xiao Ya – Da Ya dan Song. Guofeng adalah lagu untuk kalangan rakyat, “Ya” (Xiao Ya – Da Ya) adalah musik yang dimainkan dalam perayaan, sedangkan “Song” melampaui “Da Ya”, merupakan musik saat memberi persembahan namun diiringi dengan tarian, sekaligus adalah yang paling sakral di antara semuanya.

*Shijing adalah buku yang berisi kumpulan lagu rakyat Tiongkok kuno. (wikipedia)

Musik dan tarian berskala besar yang diciptakan di era Huangdi, yakni “Gulungan Agung Pintu Awan”, karya kaisar Yao yakni “Harmoni Agung”, karya kaisar Shun yakni “Irama Agung”, karya Da Yu yakni “Musim Panas Agung”, karya Shang Tang yakni “Curahan Agung”, Karya Raja Wu dari Zhou yakni “Bela-Diri Agung”, merupakan 6 musik dan tarian yang sangat terkenal di zaman kuno, dalam “Zhouli [Rites of Zhou]” dinamai “Musik Tarian Enam Dinasti”. Musik Tarian Enam Dinasti semuanya digunakan untuk memberi persembahan, “Gulungan Agung Pintu Awan” menyembah Langit, “Harmonis Agung” menyembah Bumi, “Irama Agung” menyembah empat penjuru, “Musim Panas Agung” menyembah gunung dan sungai, “Curahan Agung” menghormati almarhum ibu, “Bela-Diri Agung” menghormati leluhur. Bangsawan dan penerus dinasti Zhou, semuanya harus mempelajari 6 musik dan tarian ini, juga berarti mereka harus berhasil mempelajari Etika dan Musik dalam menyembah Tuhan, jika tidak maka mereka tidak boleh menginjakkan kaki ke dalam masyarakat.

*Musik Tarian Enam Dinasti, 六代樂舞 terdiri dari: Gulungan Agung Pintu Awan 雲門大卷; Harmoni Agung 大咸; Irama Agung 大韶; Musim Panas Agung 大夏; Curahan Agung 大濩; Bela-Diri Agung 大武

Musik yang baik dapat mengharmoniskan Yin-Yang, berisikan moralitas, mendidik rakyat, dan disegani oleh empat penjuru. Ketika Zhu Xiangshi [Kaisar Yan atau Kaisar Api] memimpin kolong Langit di masa prasejarah, Yin-Yang masih belum seimbang, itu sebabnya semua makhluk berguguran, buah-buahan tidak dapat tumbuh matang. Setelah itu perdana menteri dari Zhu Xiangshi yaitu Shi Da, menciptakan zither kuno dengan lima senar akar, untuk memainkan musik, demi menstabilkan semua makhluk di kolong Langit. Kaisar Shun memetik zither bersenar lima, menyanyikan sajak “Angin Selatan” sehingga seluruh kolong Langit terkendali. [Han shi Waizhuan, vol 4] Xuanzang yang ke Barat mengambil kitab, ketika tiba di Kerajaan India Tengah, sang Raja Silajita memanggil Xuanzang dan berkata: “Di negara asal biksu suci, ada penulis “Musik Raja Qin Menerjang Garis Depan Musuh”, coba beritahu saya kisah orang itu.” Setelahnya Xuanzang menjelaskan kemampuan militer Tang Taizong yang bagaikan Dewa. Sang Raja gembira bukan main, berkata: “Saya menghadap ke timur memberi hormat ke istana.” (Kitab Dinasti Tang Baru, vol 221)

*Han shi Waizhuan 韩诗外传 atau “Komentar Luar untuk Kitab Lagu oleh Master Han”, ditulis di masa dinasti Han Timur dan dikaitkan dengan Han Ying.

*Musik Raja Qin Menerjang Garis Depan Musuh 秦王破阵乐 atau Music of Prince of Qin Breaking up the Enemy’s Front, adalah buku musik dan tarian di era dinasti Tang, yang disusun setelah Raja Qin, Li Shimin (Tang Taizong) mengalahkan Liu Wuzhou, jenderal tentara pemberontak.

*Kisah Xuanzang di atas dimuat dalam: Xin Tangshu 新唐书 atau Kitab Dinasti Tang Baru, bagian Biografi Sejarah 146, wilayah Barat-awal, 列传第一百四十六上 西域上

Kesenian asalnya dari Tuhan, juga berperan menghubungkan segala makhluk dengan Langit dan Bumi serta menjalin hubungan dengan Tuhan. Di Timur dan Barat juga ada tradisi yang mirip. Simfoni di Barat pada awalnya juga merupakan musik dari pertunjukan musik gereja, sedangkan lukisan minyak, pahatan dan lainnya, pada awalnya juga kebanyakan mengekspresikan topik agama.

Selain untuk menyanjung Tuhan, kesenian juga menggabungkan fungsi estetika dan hiburan. Itu karena ketika Tuhan menciptakan manusia, telah memberi manusia berbagai macam perasaan. Manusia mudah dikendalikan oleh perasaan, “Etika [Li]” adalah sebuah batasan terhadap perasaan manusia; namun jika perasaan manusia hanya dapat ditekan dan tidak dapat diekspresikan, maka akan menumpuk di organ dalam sehingga menyebabkan penyakit. “Musik [Yue]” justru berperan membantu manusia mengekspresikan perasaannya, namun dituntut untuk “Gembira Namun Tidak Berlebihan, Sedih Namun Tidak Terluka”, sama-sama mengekspresikan perasaan, namun tidak akan mengiring manusia menjadi gila-gilaan.

Negara partai komunis sangat jelas dengan kekuatan besar kesenian, oleh sebab itu mengubah kesenian menjadi alat untuk mencuci-otak manusia. Setelah PKT merebut Takhta Tuhan, juga ingin manusia menyembah partai layaknya seperti menyembah Tuhan. Bila manusia menghormati dan menyembah Tuhan, maka Tuhan akan memberkati manusia; sebaliknya jika manusia menyembah iblis, maka manusia akan dikendalikan oleh iblis, bahkan iblis juga akan menyerap energi manusia saat manusia menyembahnya, untuk memperkuat daya kuasa sang iblis.

PKT memaksa orang-orang belajar menyanyikan lagu pujian pimpinan partai “Timur Merah”, yang menyanjung Mao Zedong sebagai “Matahari”, “Penyelamat Agung”; “Pagi Menerima Perintah, Malam Memberi Laporan” seperti misa pagi dan malam yang dilakukan dalam agama; jika orang kuno bersumpah kepada Langit, maka saat Revolusi Kebudayaan diubah menjadi “Memberi Jaminan kepada Ketua Mao”; mengaku dosa di depan foto Mao dan “di pikiran hanya ada Kebencian-Bertarung-Egois”, telah membajak tata cara menyanjung Tuhan dalam agama; memajang foto Marx-Engels-Lenin-Stalin-Mao, agar manusia menyembah para pemimpin agama dari ajaran sesat komunis ini. Saat Revolusi Kebudayaan, ada istilah “800 Juta Rakyat, 8 Opera Revolusioner”, semuanya menggunakan tema menyanjung Mao dan roh jahat komunis. Orang-orang teracuni karena tidak dapat menyentuh bentuk kesenian yang lain, hasilnya begitu buka mulut untuk menyanyi dan berbicara, semuanya adalah sedang menyatakan loyalitas kepada roh jahat sekaligus menuangkan energi kepadanya.

*Timur merah, matahari terbit.
Dari Tiongkok telah bangkit Mao Zedong.
Dia bekerja untuk kebahagiaan rakyat,
Hū‘ěr-hāi-yo, dia adalah penyelamat agung rakyat!

Lirik lagu dari Timur Merah, Dong Fang Hong, atau The East is Read, lagu patriotik PKT yang mulai populer di awal Revolusi Kebudayaan.

*“Pagi Menerima Perintah, Malam Memberi Laporan” adalah ritual di masa Revolusi Kebudayaan, setiap pagi menghadap Mao Zedong untuk meminta petunjuk: hari ini harus bagaimana menjalani hidup, bekerja; malamnya melapor hari ini telah melakukan apa, bagaimana hasilnya, ada halangan apa saja.

*”di pikiran hanya ada Kebencian-Bertarung-Egois”, slogan ini ditanamkan dalam hati Pengawal Merah saat Revolusi Kebudayaan.

*“800 Juta Rakyat, 8 Opera Revolusioner”, serangkaian pertunjukkan yang dirancang selama Revolusi Kebudayaan oleh Jiang Qing, istri Mao Zedong.

Sampai hari ini, “Menyanyikan Lagu Merah”, seni “Tema Propaganda”, dan lainnya, dalam bentuk film – tayangan TV – lagu – karya seni dan bentuk lainnya, telah mencemarkan nama kesenian, untuk membantu roh jahat merealisasikan cuci-otak dan merasuki tubuh. Dengan menonton karya film dan televisi ini; mendengar dan menyanyikan lagu-lagu ini; membaca novel dan majalah rutin ini; juga dapat terperangkap dalam medan materi roh jahat komunis yang mengendalikan pikiran manusia. Sekarang ini setiap tahun, apa yang disebut PKT sebagai “Gala Tahun Baru Imlek CCTV” menampilkan sejumlah pertunjukan memuakkan yang secara menyolok menyanjung roh jahat komunis, itu adalah pesta gila roh jahat untuk intensifikasi “Kebudayaan Partai” dan melalui gelak tawa murahan menyerap energi dari para penonton di seantero negeri.

*Gala Tahun Baru Imlek CCTV, juga dikenal sebagai Gala Festival Musim Semi, dan umumnya disingkat dalam bahasa Mandarin menjadi Chunwan, adalah sebuah acara khusus Tahun Baru Imlek yang diproduksi oleh China Central Television. (Wikipedia)

Peran kesenian untuk menghibur juga digunakan oleh roh jahat komunis untuk menggiring jatuhnya moralitas manusia. Ketika rasional manusia dalam kondisi seimbang, dia mampu menyingkirkan segala gangguan pikiran, bahkan mencapai sekaligus berkomunikasi dengan alam di tingkat yang lebih tinggi. Sedangkan sekarang ini berbagai musik cabul yang membuat manusia terperangkap dalam jeratan cinta dan musik hingar bingar yang lepas tanpa batas, telah memperkuat nafsu keinginan, dan meningkatkan tingkat kegelisahan. Sehingga membuat manusia tidak dapat mendengar jelas bunyi lubuk hati sendiri, lebih-lebih tidak dapat terhubung dan beresonansi dengan Tuhan. Semua buku yang mengajar manusia menuju ke arah kebajikan, semuanya dipandang oleh partai komunis Tiongkok sebagai “Publikasi Ilegal”. Dalam berkali-kali gerakan “Menyapu Pornografi dan Melawan Ilegal”, partai komunis sebenarnya “Melawan Ilegal” namun tidak “Menyapu Pornografi”, karena berbagai macam karya yang mempromosikan kekacauan seksual secara antusias, tersebar di mana-mana tanpa kendali. Demikianlah manusia di dalam medan materi yang disebut “kesenian” ini, memanjakan sifat keiblisannya sendiri. Ketika mentalitas manusia dipengaruhi medan jahat yang cabul dan berpikiran liar ini, tidak mungkin dapat terhubung dengan Tuhan, apalagi memahami Kebudayaan Tradisional bangsa Tionghoa yang mewarisi sifat Ilahi. Ini justru merupakan muslihat terselubung roh jahat komunis dalam merusak Kebudayaan Tradisional lalu kemudian kemudian memusnahkan umat manusia. (Bersambung)

Untuk membaca bagian lain, silahkan klik di sini.

Tonton di Youtube, silahkan klik di sini.