Tujuan Terakhir dari Paham Komunis

Tujuan Terakhir dari Paham Komunis (30): Menggunakan “Kebencian” untuk Mendirikan Negara

“Tujuan Terakhir dari Paham Komunis” (30)

Bab 6. Menggunakan “Kebencian” untuk Mendirikan Negara (Akhir)

3. Negara PKT Pasti Menjadi Dunia Serigala

a. Sepuh Namun Tidak Terhormat

Kongzi [Konfusius] berkata: “……ketika berumur 50, memahami Mandat Langit; ketika berumur 60, telinga patuh dengan kebenaran; ketika berumur 70, tindakan mengikuti hati tanpa melampaui batas”. [Wei Zheng, Analects] Lansia tradisional di Tiongkok, terkenal bijaksana dan berpengalaman; juga gagah dan murah hati, merupakan kelompok yang paling dihormati orang-orang dalam masyarakat.

*…At fifty, I knew the decrees of Heaven. At sixty, my ear was an obedient organ for the reception of truth. At seventy, I could follow what my heart desired, without transgressing what was right; Wei Zheng, The Analects, Confucianism.

Kaisar Kangxi Dinasti Qing pernah dua kali mengadakan perjamuan seribu sesepuh di Taman Changchun dan Istana Qianqing, untuk menjamu ribuan tamu pejabat sipil dan militer dari etnis Mongol – Manchuria – Han juga pensiunan pejabat yang semuanya berusia di atas 65 tahun. Dalam dua kali perjamuan di Istana Qianqing, Kangxi bersulang untuk para sesepuh yang hadir dalam perjamuan, para pangeran dan cucu kaisar ikut berdiri dan menyaksikan, bahkan menuangkan arak kepada para sesepuh. Untuk memperingati dua kali pertemuan megah ini, Kaisar Kangxi secara spontan menciptakan sajak “Perjamuan Seribu Sesepuh”, bahkan memerintahkan para pejabat “mencatat sejarah ini dalam sajak”.

Sebaliknya hari ini, banyak perilaku para lansia yang sering membuat orang-orang mengerutkan dahinya. “Tarian Plaza” – “Grup Penerobos Jalan” mengganggu warga sehingga dikecam di mana-mana sudah bukan berita baru lagi. Bulan Juni 2017, para orang tua Tarian Plaza di Luoyang bertengkar memperebutkan lapangan basket dengan anak muda, dan tanpa ragu melayangkan pukulan ke arah anak muda pemain basket di sana. Berbagai macam dan bentuk muslihat “Tabrakan Rekayasa (Pemerasan)”, jurusnya tumbuh subur bermekaran, sang korban pemerasan sulit mengungkap ketidakadilan ini, hanya dipendam saja, sehingga tercipta fenomena aneh masyarakat “Tak ada yang berani bantu lansia” – “Tak ada yang berani lindungi anak kecil.” Ada seorang lansia sengaja menabrakan diri ke mobil, ingin memeras memperoleh kompensasi, bahkan dengan penuh percaya diri berkata, “Saya kan sudah tua!” Maksudnya adalah dirinya sudah berusia lanjut, sudah tidak sanggup mengerjakan hal lain, demi memperoleh uang maka melakukan hal jahat seperti ini, diri sendiri masih merasa ini sangat berdasar. Seorang lansia, dalam sebuah kereta di Xi’an, dikarenakan seorang gadis tidak mau memberikan tempat duduknya, dengan gilanya menaruh pantatnya duduk di atas tubuh gadis tersebut. Di sejumlah kota bahkan telah muncul pemandangan memuakkan para orang tua ramai-ramai melacur di tempat terbuka.

*Tarian Plaza atau square dancing, plaza dancing; fenomena ibu-ibu lanjut usia berjoget dengan musik modern di lapangan. Sedangkan Grup Penerobos Jalan merupakan fenomena sekelompok orang tua berjalan di jalan raya diiringi lagu dan spanduk tanpa menghiraukan lalu lintas”.

Ada orang dengan nada ejekan berkata: “Bukan orang tua yang telah berubah jahat, melainkan penjahat yang telah berubah menjadi tua.” Persoalan semacam ini mutlak bukanlah kebetulan. Beberapa generasi yang lahir setelah PKT berkuasa, secara bertahap telah memasuki usia lanjut. Era ketika mereka tumbuh dewasa, tepatnya adalah era ketika PKT berkali-kali meluncurkan gerakan politiknya. Orang-orang ini selain tidak pernah memperoleh didikan Kebudayaan Tradisional, mereka juga diindoktrinasi oleh teori Pertarungan Kelas [class struggle] PKT, dalam tulang mereka telah tertanam “Kebencian” roh jahat. Mereka mengalami sendiri apa itu Pukul-Rusak-Rampok semasa Revolusi Kebudayaan, ada sejumlah orang dulunya adalah “Tentara Cilik Merah” – “Pengawal Merah”. Berbagai macam tindak-tanduk mereka yang biadab, tidak lebih hanyalah kelanjutan dari pola perilaku yang dikembang-biakkan oleh PKT di masa muda mereka.

b. Anak Kecil yang Culas dan Dewasa Sebelum Waktunya

Banyak anak kecil Tiongkok, di bawah pengaruh buruk kepala keluarga dan masyarakat, telah menampilkan kedewasaan sebelum waktunya yang tidak sepadan dengan umur. Mereka apa pun mengerti, bahkan sangat culas. Ada anak kecil yang berkata secara blak-blakan: “Setelah tumbuh dewasa ingin jadi pejabat korup.”

Di sebuah tayangan TV ada sepotong dialog antara anak kecil dan orang dewasa. Putra dari mantan kepala biro anti korupsi, yang masih sekolah dasar, berkata bahwa saat pelajaran olahraga bila ingin bermain sepakbola maka harus menyuap, tapi setelah menyerahkan uang, bahkan posisi pemain cadangan pun tidak dia peroleh, sehingga kesal bukan main. Dia sendiri juga punya jalan untuk menghasilkan uang, bila teman sekelas ingin menyontek PR-nya, setiap kalinya dia akan memungut 5 Yuan, ketika kondisi pasar kurang bagus, hanya memungut 3 Yuan saja. Umur yang masih sangat muda, namun sudah memiliki persepsi kehidupan yang sepenuhnya tidak sesuai dengan kepolosan seorang anak kecil ——– “Tanpa keluar uang tidak akan membereskan masalah, sekarang ini semuanya demikian.” Ini adalah isi cerita dalam drama TV, agar tidak merusak “Tema Propaganda” PKT, maka refleksi dari sisi gelapnya sangatlah terbatas, namun kisah nyatanya jauh lebih parah dari ini.

*Tanpa keluar uang tidak akan membereskan masalah, sekarang ini semuanya demikian; merupakan kutipan dalam drama TV Cina 2017 berjudul In the Name of the People, sekaligus merupakan refleksi kehidupan di Tiongkok saat ini.

Pertunjukan dan nyanyi seorang anak muda berumur 14 tahun sangat populer di internet, “pertunjukannya” tidak senonoh dan vulgar, netizen berkomentar bahwa pertunjukannya “seratus persen berbau busuk”. Semua orang normal yang telah melihat “pertunjukannya”, akan merasa mual dan muak. Usia 14 tahun, seharusnya murni dan tak dibuat-buat, merupakan usia pertumbuhan tubuh dan menimba ilmu, namun sebaliknya telah diinjak-injak hingga tidak seperti manusia. Yang paling menakutkan adalah, pertunjukan tak senonoh semacam ini sangat diminati orang-orang, membuat orang tidak tahan melihatnya! Baru-baru ini platform siaran langsung internet di daratan telah muncul adegan murid SD dan anak-anak bawah umur membuka pakaian dan melakukan siaran telanjang. Seorang anak SD yang mengaku lahir tahun 2005, dalam dialog dengan investigator Wechat mengaku, dia [gadis] melakukan siaran telanjang bukan demi uang, namun karena ingin “bersenang-senang”; dia bahkan berkata dengan bangga, dalam kelompoknya, fans dia adalah yang paling banyak.

“Butuh 10 Tahun Menumbuhkan Pohon, Butuh Ratusan Tahun Membangun Manusia” [Guanzi]. Kebiasaan masyarakat yang didorong oleh pengejaran materi dan racun PKT, telah menghasilkan berjuta-juta anak muda semacam ini, lalu siapa yang mampu menghapus konsekuensi buruk ini?

c. Moralitas Seksual Berguguran

Kesucian dari moralitas seksual [sexual morality], hubungan lazim suami istri, adalah bagian penting dari jalan hidup manusia yang ditentukan Tuhan. Dalam “Zhong Yong” tertulis: “Jalan Seorang Budiman, Dimulai dari Hubungan Suami Istri, Ketika Sampai Puncaknya, Menerangi Langit dan Bumi.” Sebaliknya kekacauan hubungan seksual, merupakan pertanda awal jatuhnya sebuah negara.

*The way of the superior man may be found, in its simple elements, in the intercourse of common men and women; but in its utmost reaches, it shines brightly through heaven and earth; Zhong Yong, Konfusianisme.

Jatuhnya Kekaisaran Romawi [Roman Empire 27 SM-476 M], dan hancurnya kota kuno Pompeii, sangat besar kaitannya dengan runtuhnya moralitas seksual. Dalam Alkitab mencatat dua kota Sodom dan Gomora yang dihancurkan oleh Tuhan, juga dipenuhi oleh hal cabul dan asusila. PKT selama tiga dekade awal, mempromosikan Asketisme kepada masyarakat, namun para kader pimpinan tingkat tinggi malah berperilaku seksual kacau balau. Menurut laporan, perempuan yang pernah jadi mainan Mao Zedong mencapai angka ribuan.

Setelah era 1980-an, meskipun dalam hal politik PKT masih menggenggam dengan erat, namun dalam domain kehidupan pribadi malah sengaja melonggarkan degradasi moral rakyat. PKT tahu dengan jelas, ketika rakyat berhasil diubah jadi individu yang egois – dingin – serakah – cabul, maka mereka tidak akan tertarik dan tidak berdaya untuk peduli urusan domain publik, dengan demikian PKT bisa dengan bebas bermain-main. Pejabat partai yang memiliki istri ke-2 dan simpanan sudah tak perlu dibahas lagi, rakyat jelata juga ikut berkonstribusi mendorong arus atas terjadinya keruntuhan moralitas seksual. Berbagai macam dan jenis tempat hiburan erotis bermekaran di mana-mana, pelacuran terselubung banyak bertebaran. Panti pijat – basuh kaki – salon – clubhouse …… di seluruh dunia tidak ada satu negara pun yang memiliki begitu banyak macam tempat hiburan erotis. Menurut statistik, pelacur Tiongkok mencapai angka 20 juta orang, dan 4 juta di antaranya merupakan pelacur profesional. Apa yang disebut situs web portal di Tiongkok, bahkan situs web pemerintah PKT seperti Xinhua News dan People’s Daily, tulisan provokatif serta gambar dan video seksi mencolok dapat ditemukan di mana saja, ingin menghindar pun tidak bisa.

Demi merefleksikan tingkat kebusukan kehidupan seksual pejabat PKT sekarang, netizen pernah mengadakan kompetisi penghargaan untuk menyindir para pejabat Tiongkok yang beristri banyak, bahkan telah memilih 9 kategori pemenang, seperti penghargaan jumlah simpanan terbanyak, penghargaan wanita simpanan berbudaya terbaik, juga masih ada penghargaan akademis, awet muda, kemampuan manajemen, menghamburkan uang …. birokrasi PKT yang tak kenal rasa malu, dapat terlihat jelas dalam hal ini.

Dengan kendali ketat dan ekstrem PKT terhadap masyarakat, bila sungguh ingin ‘Menyapu Pornografi’, maka mutlak tidak mungkin membiarkan hal erotis membanjir hingga sedemikian rupa. Satu-satunya penjelasan adalah, runtuhnya moralitas seksual orang Tiongkok, justru merupakan kebijakan yang ditetapkan oleh PKT, sekaligus merupakan jurus utama roh jahat komunis dalam memusnahkan manusia di saat terakhir.

Menurut sejarawan, kekacauan seksual masyarakat dan orang Romawi yang bergelimang nafsu merupakan salah satu penyebab utama hancurnya Kekaisaran Romawi Kuno. Kekacauan seksual masyarakat Tiongkok dalam segala aspek jauh melebihi Romawi Kuno. Beberapa tahun terakhir tingkat perceraian di beberapa kota besar bahkan melampaui angka 50%. Membanjirnya penyakit seksual dan AIDS, merupakan konsekuensi langsung dari arus kebebasan seksual. Dikarenakan pemerintah menutup-nutupi, maka dunia luar hanya bisa memahami puncak dari gunung es. Bertambahnya konsekuensi sosial yang diakibatkan oleh kekacauan seksual semakin menenggelamkan masyarakat Tiongkok.

d. Semua Bidang dan Profesi Mengalami Degradasi

Ada sebuah pepatah yang dikenal luas, dalam masyarakat normal ada 3 golongan manusia yang tidak boleh terdegradasi: pertama adalah guru, kedua adalah dokter, ketiga adalah hakim. Guru berperan mengajar dan mengedukasi orang-orang, memberitahu generasi selanjutnya bagaimana membedakan benar salah, baik jahat, indah buruk; dokter berperan menolong dan menyembuhkan pasien; hakim berperan menyokong dan menegakkan keadilan. Tiga macam profesi ini semuanya memerlukan tingkat keimanan dan integritas pribadi, kerusakan mereka akan membuat tubuh organ masyarakat membusuk secara besar-besaran.

Sebenarnya, kesehatan organ tubuh masyarakat tidak hanya terkait dengan 3 profesi ini saja. Karena PKT telah memonopoli seluruh sumber daya masyarakat, maka moralitas dari seluruh entitas masyarakat terseret jatuh melampaui batas. Korupsi sistematis yang mencengangkan serta pemerintahan bergaya berandal, menjadikan para pejabat PKT sebagai lembaga paling cacat dalam sejarah umat manusia. Hakim secara terbuka menyatakan di pengadilan: “Kamu tidak usah bahas hukum dengan saya!” Guru yang seharusnya menjadi teladan, malah bersikap cabul dan memperkosa muridnya; cendekiawan dan ilmuwan yang seharusnya mendorong perkembangan masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan umat manusia dengan penelitian objektif netral, malah memanfaatkan kepercayaan publik terhadap gelar akademis, mengkhianati hati nurani, dan berbuat jahat untuk membantu tirani. Dokter yang tadinya disebut “malaikat berjubah putih” malah telah menjadi iblis pembunuh yang meraup uang dari panen hidup organ manusia.

Contohnya kaum intelektual yang dianggap “nurani masyarakat” [social conscience], tingkat moralitas mereka sudah seharusnya mewakili kalangan atas dari masyarakat ini. Namun, domain akademis sebaliknya malah menjadi area yang dirusak paling parah akibat korupsi dan pemalsuan. Tenggelamnya moralitas di domain akademis, boleh dikatakan telah menutup jalan orang Tiongkok untuk melakukan inovasi teknologi. Pada bulan Maret 2015, di antara 43 makalah palsu yang dicabut oleh BMC Publishing Inggris, ada 41 makalah yang berasal dari ilmuwan Tiongkok; pada bulan Agustus 2015, penerbit ilmiah terkenal Springer Nature mencabut 64 makalah, semua makalah ini semuanya berasal dari Tiongkok; Pada bulan Oktober 2015, penerbit ilmiah terkenal Elsevier mencabut 9 makalah ilmiah dari 5 jurnal, yang seluruhnya berasal dari Tiongkok. Pada tanggal 20 April 2017, Springer Nature secara sekaligus mencabut 107 makalah asal Tiongkok yang diterbitkan dari tahun 2012 hingga 2016 di bawah naungan majalah “Tumor Biology”, artikel-artikel ini dicurigai sebagai ‘penelaahan sejawat ilmiah palsu’ [fake peer review], juga berarti ada penipuan akademis yang teroganisir dan tersistematis.

*Penelaahan sejawat ilmiah (juga dikenal sebagai ulasan sejawat ilmiah atau perwasitan) adalah proses penilaian karya ilmiah, penelitian, atau ide-ide seorang penulis di bawah pengawasan orang lain yang ahli di bidang yang sama, sebelum makalah yang menjelaskan karya ini diterbitkan dalam jurnal, prosiding konferensi atau sebagai sebuah buku. (Wikipedia)

Di Tiongkok hari ini mendadak telah muncul sejumlah “profesi” yang tak pernah ada dalam sejarah, “Tabrakan Rekayasa” yang disinggung di sebelumnya hanyalah salah satu di antaranya yang relatif rendahan. Pada bulan Juli 2017, lulusan Northeastern University yakni Li Wenxing, terjebak dalam perangkap MLM dan meninggal di Tianjin, di usianya yang hanya 23 tahun. Kasus ini menyita perhatian publik, semakin banyak perangkap MLM garis keras muncul ke permukaan. Penipuan telepon, penipuan keuangan, mengeruk uang dengan menggunakan anak yang diculik dan dibuat cacat untuk mengemis, pengemis profesional dengan kode QR, mengemis dengan mesin EDC, membunuh orang untuk transaksi organ, dan berbagai kejahatan lainnya, banyak bukan main, orang-orang dibuat pucat karena mendengarnya.

*Para pengemis profesional di Tiongkok memiliki QR code, jika ingin memberi uang cukup dengan scan kode QR saja; begitu juga mesin EDC, tinggal gesek saja jika ingin memberi uang ke pengemis.

e. Rusak Otak Kolektif secara Periodik

Setelah tahun 1989, demi membenahi krisis pemerintahannya yang bersifat periodik, PKT kembali mengulangi cara-cara lamanya, yaitu menciptakan musuh, memprovokasi massa ‘Bertarung’ melawan massa, menghasut “Kebencian” yang ditanamkan oleh roh jahat ke dalam tubuh rakyat Tiongkok, memprovokasi xenofobia dan sentimen anti-asing. Sebagai contoh, pada tahun 1999 dengan memanfaatkan insiden pengeboman kedubes Tiongkok di Yugoslavia, diluncurkanlah gelombang besar anti-Amerika; pada tahun 2005 anti-Jepang; pada tahun 2008 anti-Prancis; pada tahun 2012 anti-Jepang; pada tahun 2017 anti-Korsel. Anak muda dalam jumlah besar diprovokasi, bahkan di bawah dorongan terorganisir dari akar rumput PKT dan institusi agen khusus, menyerbu ke jalanan untuk Pukul-Rusak-Rampok-Bakar, menghancurkan mobil bermerk Jepang dan Korsel milik warga Tiongkok sendiri, mengepung supermarket Prancis, dan menghancurkan KFC.

Orang-orang ini disebut sedang “Kumat Psikosis Patriotik”, media Hongkong menjuluki kelompok yang suka ricuh dan mudah memaki orang “pengkhianat” ini sebagai “Pengawal Merah Internet”, dan menyindir PKT “akhirnya melahirkan Gu” [serangga berbisa legendaris].

Yang paling konyol dan menggelikan adalah, demi terus memegang kendali opini publik di era internet ini, PKT telah memelihara banyak sekali apa yang disebut “personel komentar internet” atau “pengarah sentimen publik”. Karena beredar kabar setiap kali melakukan posting memperoleh 50 sen [RMB], maka orang-orang ini dijuluki “pasukan 50 sen [Wumao].” Yang selangkah lebih maju dibanding Wumao adalah “Zi Gan Wu” [Wumao Ransum Sendiri] yaitu pasukan 50 sen yang tidak menerima gaji dan membawa ransum sendiri”. Dalam beberapa tahun terakhir bermunculan sebuah kelompok baru muncul lagi, yaitu para netizen muda yang secara membabi buta melindungi PKT, dan dijuluki “si cilik merah jambu”.

Sejumlah anak muda yang menyedihkan ini, telah ditanamkan “Kebencian” oleh PKT, telah dicekoki ramuan penghilang sukma, juga tidak bisa melihat semua fakta di luar dinding merah, dan terpaksa harus menerima “Rusak Otak Kolektif” dan kumatnya “Psikosis Patriotik” secara periodik. (Bersambung)

Untuk membaca bagian lain, silahkan klik di sini.

Tonton di Youtube, silahkan klik di sini.