Tujuan Terakhir dari Paham Komunis

Tujuan Terakhir dari Paham Komunis (27): Menggunakan “Kebencian” untuk Mendirikan Negara

“Tujuan Terakhir dari Paham Komunis” (27)

Bab 6. Menggunakan “Kebencian” untuk Mendirikan Negara (Awal)

Kata Pembuka: Partai Komunis Menggunakan “Kebencian” untuk Mendirikan Negara

Inti dari roh jahat adalah terbentuk dari “Kebencian”. “Kebencian” adalah sejenis materi, ia memiliki kehidupan, atau boleh juga dikatakan “Kebencian” adalah sejenis kehidupan, juga merupakan unsur dasar yang membentuk roh jahat komunis.

“Kebencian” dan “benci dendam” tidaklah sama. Benci dendam adalah benci yang dikarenakan dendam, ada alasannya dan ada penyebabnya, sedangkan Kebencian adalah tanpa sebab tanpa alasan. Sama seperti Kebencian Satan terhadap Tuhan dan Kebencian Karl Marx terhadap Tuhan, adalah sejenis Kebencian yang sangat jahat. Itu merupakan materi sampah dan sifat ganas yang mengandung iri hati – dendam – ambisi untuk menumbangkan Sang Pencipta, sekaligus menjadi andalan bagi roh jahat untuk mempertahankan eksistensinya.

“Kebencian” menciptakan sifat Anti Tuhan dan menentang Tuhan. Dengan mengakui adanya hierarki kehidupan dalam alam semesta, mengakui bahwa Tuhan adalah kehidupan tingkat tinggi, barulah dapat menghormati Tuhan, sedangkan Satan dikarenakan Kebencian dan iri hati, tidak bersedia mengakui bahwa Tuhan lebih tinggi darinya, ini sebabnya menantang Tuhan, sehingga dijatuhkan ke bawah oleh Tuhan.

Roh jahat komunis terbentuk dari Kebencian, ia juga dengan seksama menuangkan Kebencian ke dalam hati manusia. Unsur materi Kebencian dituang ke dalam lapisan mikroskopis tubuh manusia, sehingga ia menjadi salah satu bagian dari hidup manusia, agar ia menstimulasi hal jahat dari dalam sifat manusia, seperti iri hati, bersaing, kejam, haus darah dan lain-lain. Ini sebabnya, dalam medan materi komunis Tiongkok, hampir semua manusia terendam dalam Kebencian, hampir setiap orang memiliki sejenis Kebencian yang sulit dipahami akal sehat. Asalkan roh jahat komunis menghasut dan memprovokasi, materi semacam ini yang dimuntahkan, segera akan berubah menjadi energi negatif yang sangat besar, dengan cepat menutupi lingkup eksistensi manusia.

“Kebencian” sebagai dasar motivasi, telah melahirkan kekerasan dan pembantaian. Era 1870an, Komune Paris yang didirikan para berandal untuk pertama kalinya mempraktikkan teori komunisme dalam merebut kekuasaan dengan kekerasan. Oleh Karl Marx, Engels, ketua partai komunis setelahnya seperti Lenin, Stalin hingga Mao Zedong dan lainnya, ia berulang kali dipuji-puji. Karl Marx menyimpulkan “pengalaman” Komune Paris, bahwa gagalnya Komune Paris terletak pada absennya kekerasan kaum proletariat dalam menghancurkan mesin negara. “Kaum proletariat tidak bisa begitu saja menguasai kekuasaan yang sudah ada”, “namun itu dapat tercapai melalui kekerasan menghancurkan seluruh sistem yang ada.” Ini di kemudian hari dihormati sebagai teori kekerasan kediktatoran proletariat yang menjadi prinsip dasar komunisme. Bahkan karena dorongan dari “Kebencian”, PKT masih ingin “melanjutkan Revolusi di bawah kondisi kediktatoran proletariat”

*”But the working class cannot simply lay hold of the ready-made state machinery, and wield it for its own purposes.” (Karl Marx: The Civil War in France, The Third Address, The Paris Commune)

*”their ends can be attained only by the forcible overthrow of all existing social conditions”. (1848: Manifesto of the Communist Party: Chapter 4, Karl Marx)

*Teori “melanjutkan Revolusi di bawah kondisi kediktatoran proletariat” merupakan pemikiran yang mendasari Revolusi Kebudayaan. PKT beranggapan: Setelah kaum proletariat merebut kekuasaan dan mendirikan sistem sosialisme, masih harus meluncurkan sebuah Revolusi Besar politik untuk menumbangkan seluruh kelas sosial yang ada, dan jalan yang paling cocok untuk melakukan Revolusi semacam ini adalah Revolusi Kebudayaan.

“Kebencian” semacam ini merupakan asal muasal dari paham komunis. “Kebencian” dan sifat iri hati sangat erat berkaitan, namun sifat iri hati berasal dari paham sama rata absolut, yaitu tidak memperkenankan siapa pun lebih baik dan lebih kaya dari diri sendiri, membenci semua orang yang lebih hebat dan memiliki barang yang lebih unggul. Slogan yang dipromosikan Komunisme yakni “Setiap Orang Adalah Sama”, “Di Bawah Langit Semuanya Sama” tepatnya adalah manifestasi dari “Kebencian” ini. Banyak orang Tiongkok mengajari anaknya dan mendorong orang untuk “ambisius”, semuanya menggunakan cara-cara yang memprovokasi sifat iri hati, menggunakan cara “membandingkan orang lain” sebagai daya kekuatan ambisi.

Partai komunis menggunakan “Kebencian” untuk mendirikan negara, menggunakan kejahatan memimpin negara, “paham cinta negara” yang digaungkan olehnya, sebenarnya adalah “Paham Kebencian”. Karena dalam kamus “partai”, “cinta negara” berarti benci Amerika, benci Barat, benci Jepang, benci Taiwan, benci Tibet, benci masyarakat bebas, benci nilai-nilai universal, benci orang baik yang percaya “Sejati – Baik – Sabar”, benci semua yang dicap sebagai “musuh” oleh PKT; “cinta partai” berarti membenci semua orang atau semua hal yang diyakini dapat menyebabkan tantangan bagi partai.

Orang-orang tidak tahu bahwa “Kebencian” adalah unsur materi yang membentuk roh jahat, adalah hal yang dituang dengan paksa ke dalam tubuh manusia oleh roh jahat, masih secara keliru menganggap “Kebencian” yang tanpa sebab tanpa alasan ini sebagai perasaan diri sendiri. Materi “Kebencian” semacam ini membuat banyak sekali orang Tiongkok zaman sekarang dipenuhi oleh Qi keji, yang mungkin meletus kapan saja dan di mana saja.

PKT memanfaatkan pendidikan, media, kesenian dan trik lainnya, untuk menyebar-luaskan materi “Kebencian” ini, sehingga para pelajar dan rakyat berubah menjadi “anak serigala” yang ganas beracun, liar tanpa kendali.

Jiang Zemin yang naik takhta setelah pembantaian Tiananmen 1989, lebih-lebih merupakan jelmaan “Kebencian”. Buku “The Real Story of Jiang Zemin” telah mengungkapkan asal usul Jiang Zemin. Dulu kala, adik laki-laki dari Li Shimin Raja Qin (disebut Tang Taizong setelahnya), yakni Li Yuanji, berkomplot dengan Li Jiangcheng sang abang, ingin membunuh Li Shimin di Gerbang Xuanwu namun gagal. Setelah Li Yuanji meninggal, rohnya turun ke neraka untuk menebus dosa karma, dijebloskan ke dalam Gerbang Kematian, jatuh ke neraka tanpa dasar, setelah membusuk ribuan tahun, sudah tidak memiliki tubuh bawahan sejak lahir lagi, tidak memiliki pikiran yang utuh, hanya sisa seberkas Qi kebencian dari iri hati. Tepat seberkas Qi kebencian dari iri hati inilah yang telah menanti selama ribuan tahun, yang pada akhirnya menarik perhatian roh jahat, lalu dibuatlah ia bereinkarnasi menjadi Jiang Zemin, naik menjadi ketua PKT, sekaligus menjadi penjahat utama yang menganiaya “Sejati – Baik – Sabar” Falun Dafa.

“Kebencian” adalah sejenis materi. Perilaku yang diciptakan oleh “Kebencian” adalah kacau balau, tidak rasional, tak terkendali, gila-gilaan, tidak peduli dengan segala konsekuensi. Partai komunis ingin menggunakan “Kebencian” untuk menaklukkan dunia, dan memusnahkan segalanya termasuk umat manusia di dalamnya, di tengah proses ini, ia sendiri juga akan mengalami kemusnahan. Ini tepatnya adalah tujuan terakhir dari paham komunis beserta cara-cara untuk merealisasikannya.

1. Penguat Kejahatan Bertenaga Super

Gerakan politik beberapa dekade yang berintikan “Kebencian” ——– propaganda “Ateisme”, “menyerang Langit melawan Bumi”, “menggunakan Pertarungan Kelas sebagai landasan”, “mengutuk dengan penuh amarah”, “Mengungkap & Mengkritik Secara Tuntas”, hari ini menumbangkan yang ini, besok menumbangkan yang itu, melawan nilai universal “Sejati – Baik – Sabar” …… telah meninggalkan trauma seperti apa bagi Tiongkok? Yang dapat terlihat oleh orang-orang adalah tidak adanya integritas lagi, hati manusia tidak semurni dulu, polusi lingkungan, degradasi moral. Namun, yang tidak dapat terlihat oleh orang-orang adalah, PKT telah menciptakan sebuah mekanisme teror untuk Tiongkok yang berfungsi untuk menjatuhkan moralitas, atau disebut dengan “Penguat Kejahatan”, yakni mesin yang dapat memperkuat kejahatan. Fondasi dari mesin ini adalah “Ateisme”, tidak percaya “baik-buruk ada ganjarannya”, menolak nilai-nilai tradisional, dan menyanjung “Nafsu Keinginan”. Kami akan gambarkan secara sederhana mekanisme kerja dari penguat ini.

*”mengutuk dengan penuh amarah”, istilah propaganda yang digunakan untuk menjatuhkan musuh PKT. 11 Juli 2002, People.com.cn menerbitkan artikel “kaum terpelajar dari berbagai kalangan ‘mengutuk dengan penuh amarah’ terhadap dosa kejahatan baru ajaran sesat Falun Gong”.

*“Mengungkap dan Mengkritik Secara Tuntas” adalah istilah kupas tuntas media corong PKT, untuk memfitnah Falun Gong: seperti membahas Bakar Diri di Tiananmen, 1400 Kasus Kematian yang disebabkan oleh Falun Gong, dll.

Yang pertama adalah, fungsi mengimpor dari penguat ini. PKT telah membuat Tiongkok berubah menjadi sebuah cekungan moralitas dunia, atau yang disebut dengan wastafel moralitas, tepatnya adalah sebuah dataran yang sangat rendah dalam hal moralitas. Tidak hanya produk lokal saja yang menghasilkan berbagai degradasi moral, hal tidak baik dari seluruh dunia juga dibuang masuk ke Tiongkok, persis seperti sebuah tong sampah raksasa internasional. Para pembaca mungkin merasa bahwa berbicara seperti ini ada sedikit tak elok, namun ini adalah fakta yang harus diterima [fait accompli] hasil ciptaan PKT. Setelah pintu negara dibuka, konsumsi narkoba, seks bebas, homoseksual, berbagai macam arus pemikiran dan perilaku mutan, satu per satu masuk membanjiri Tiongkok. Berbagai macam dan jenis degradasi moral yang diciptakan oleh PKT di negara ini, ditambah dengan sampah-sampah dari luar, telah menyebabkan gejolak kekacauan moralitas dalam masyarakat Tiongkok.

Yang kedua adalah, fungsi penguat daya dari penguat ini. “Penguat Kejahatan” yang diciptakan oleh PKT ini, berfungsi memperkuat, memperkuat, dan memperkuat berbagai kekacauan moralitas. Dikarenakan tidak ada kekangan “Tuhan” berupa nilai Kebudayaan Tradisional, juga tidak ada semangat Pemerintahan Hukum [Rule of Law] masyarakat modern, sebaliknya semuanya dikendalikan oleh “nafsu keinginan”, maka tentu saja jatuh terdegradasi semakin dalam. Contohnya seks bebas, pada awalnya merupakan semacam arus pemikiran mutan dari masyarakat Barat pada era 1960-an, namun karena mendapat kekangan dari kalangan konservatif agama, sehingga berhasil dikendalikan sebelum berkembang pesat. Setelah PKT membuka pintu negara, seks bebas pun memasuki Tiongkok, itu sungguh telah diperkuat berkali-kali lipat, sehingga menjadi ‘Tema Propaganda’ di masyarakat, boleh dibilang pelacuran ada di mana-mana, masyarakat terbiasa menertawakan kemiskinan namun tidak menertawakan pelacuran, menikahi istri kedua – ketiga – ke-N telah menjadi ajang pamer kekayaan para pejabat, masyarakat kelas atas sampai bawah berlomba-lomba menirunya, bumi pertiwi bangsa Tionghoa telah dibuat hitam kelam. PKT telah menghasilkan keterbukaan paling menyeluruh di bidang apa? Bukan ekonomi, tentu saja juga bukan politik, satu kata, yaitu “seks [Xing]”, tiga dekade telah tuntas menyelesaikan transformasi, dari “Geming Xing [Semangat Revolusioner]” menjadi “Xing Geming [Revolusi Seks]”.

Berbicara tentang “Penguat Kejahatan” ini, “korupsi” juga merupakan sebuah contoh yang umum terjadi. Negara mana pun juga ada korupsi, ini bukan dibuat-buat, dapat dikatakan tempat yang ada manusianya maka akan ada korupsi. Namun, korupsi yang terjadi di bawah pemerintahan PKT, saat ini tidak ada lawannya di dunia, juga tidak ada lawannya dalam sejarah umat manusia. Korupsi PKT adalah korupsi seluruh partai, juga tersistematis. Ada orang bilang India juga korup, namun India dari perdana menteri ke bawah, kendaraan para pejabatnya adalah mobil nasional yang bermerek sama, modelnya sama, warnanya juga sama. Rumah terbaik di India acap kali adalah sekolah, dan bukan bangunan kantor pemerintahan. India juga tidak menghabiskan uang rakyat dengan bersenang-senang dan ke luar negeri. Ini bukan karena India terlalu miskin, tapi parlemennya tidak akan menyetujui pengeluaran di aspek ini. India lebih-lebih tidak akan terjadi “Kasus Korupsi Masif yang Meruntuhkan”.

Dibandingkan dengan “Korupsi Namun Tidak Meruntuhkan” di negara lain, korupsi PKT adalah korup hingga bernanah dan terlihat menjijikkan. Korupsi telah menjadi salah satu prinsip bertahan hidup masyarakat Tiongkok, dan diam-diam orang-orang telah menerimanya dalam hati.

Mekanisme “memperkuat” ini bagaimana cara kerjanya? Coba teliti saja gerakan Menyapu Pornografi dan Anti Korupsi dari PKT, Menyapu Pornografi adalah makin menyapu makin porno, Anti Korupsi adalah makin anti makin korup. Karena selama hal itu tidak mengancam kekuasaan PKT, maka PKT sama sekali tidak ingin memberantasnya. Justru karena para pejabat PKT dari atas-bawah hingga rakyat berhasil dihasut, agar terbenam dalam lautan nafsu “Revolusi Seks” dan “korupsi” serta degradasi moral lainnya, maka roh jahat komunis barulah dapat sukses mengalihkan perhatian rakyat dari partai jahat PKT, lalu partai jahat PKT barulah dapat berbuat jahat sesuka hati, barulah dapat menindas kelompok yang ini, menganiaya kelompok yang itu, sehingga moralitas orang Tiongkok langkah demi langkah terdorong ke arah Neraka Kehancuran.

Yang ketiga adalah, fungsi fermentasi dan sintesis dari penguat ini. Ia mampu menyintesis berbagai macam unsur buruk, agar materi-materi sampah ini berfermentasi dan menghasilkan materi dan fenomena yang jauh lebih jahat. Ambillah seks bebas dan korupsi yang dibahas di atas, banyak sekali korupsi melibatkan transaksi seks. Karena memelihara wanita simpanan, maka akan menggoda pejabat untuk korupsi; karena korupsi dan memiliki uang, maka juga akan menggoda pejabat untuk mengunjungi pelacuran meniduri wanita. Jika dua hal ini dicampur bersama, akan menghasilkan reaksi yang luar biasa. Di bumi pertiwi Tiongkok, akan menampilkan adegan-adegan tercela “kekuasaan – uang – seks” yang kotor menjijikkan dan merusak tatanan hidup manusia.

Yang keempat adalah, penguat ini masih memiliki fungsi pemutih yang bisa merasionalisasi dan menormalisasi kejahatan. Pertama-tama adalah untuk menghilangkan fakta kebenaran, ini sebabnya PKT yang mengklaim dirinya hebat ini, harus memblokade internet, untuk melindungi diri dari fakta kebenaran, dan juga menghapus kebebasan rakyat untuk membangun perusahaan media sendiri. Setelah itu, “pemerintahan satu suara” PKT akan menggunakan dalih dan teori sesat untuk mendandani kekacauan moralitas PKT. “Burung Gagak di Kolong Langit Sama Hitamnya” adalah istilah yang sering digunakan PKT untuk mencuci-otak rakyatnya. “Korupsi, negara mana yang tidak korupsi?” “Melanggar hak cipta dan plagiat, negara mana yang ekonominya pertama kali lepas landas tidak melakukan plagiat?” “Seks bebas, negara mana yang pejabatnya tidak selingkuh?” “Pelacuran, ada negara yang bahkan melegalkannya!” “Kebebasan berbicara, negara mana yang akan membiarkan kamu berbicara sesuka hati? Bukankah ada undang-undang pencemaran nama baik?”

Dikarenakan rakyat tidak dapat melihat fakta kebenaran, di bawah “pemerintahan satu suara”, lama kelamaan lalu menerima dalih PKT yang dibuat-buat dan timpang ini, beranggapan bahwa kekacauan moralitas itu adalah hal yang tak ada solusinya, dan tidak bisa dihindari oleh negara mana pun. Begitu kasus kejahatan dan degradasi moral telah dirasionalisasi dan dinormalisasi, maka kesempatan untuk berubah lebih baik telah lenyap untuk selamanya. Masyarakat Tiongkok setiap tahunnya berteriak “krisis integritas”, namun mengapa semakin lama semakin krisis? Justru inilah sebabnya.

Dalih lain yang sering digunakan oleh PKT adalah penyelesaian terhadap hal buruk apa pun “membutuhkan sebuah proses”, selalu ‘Menipu’ bawah persoalan apa pun akan perlahan berubah menjadi baik. Kala itu banyak kalangan tingkat tinggi PKT menentang Jiang Zemin menganiaya Falun Gong, alasannya Falun Gong meningkatkan moralitas manusia dan menstabilkan masyarakat, Jiang Zemin membantahnya dengan mengatakan, “Setelah ekonomi meningkat ke atas, moralitas secara alami akan membaik.” Jika kita coba tinjau kembali, moralitas di dalam “lautan nafsu” perkembangan ekonomi malah terdegradasi makin cepat. “Proses” yang dimaksud PKT ini, justru adalah proses menggunakan dalih dan teori sesat untuk merasionalisasi dan menormalisasi kejahatan, yang malah mendorong kejahatan berubah makin lama makin jahat.

Hanya menormalisasi hal-hal tidak normal ini belumlah cukup, cuci otak opini publik PKT masih harus mengubah hal normal menjadi tidak normal. Yang bagus dikatakan buruk, yang Baik dikatakan Jahat, maka barulah dapat tercapai tuntas tujuan memutarbalikkan kriteria Baik dan Jahat.

Ini tepatnya adalah empat mekanisme utama dari prinsip kerja dasar “Penguat Kejahatan” partai komunis Tiongkok. Pertama-tama adalah menciptakan palung moralitas, agar sebidang tanah Tiongkok ini menjadi tanah buangan juga tong sampah dari kebejatan moral umat manusia; Kemudian partai komunis Tiongkok akan memperkuat efek kerusakan moral, selama itu tidak mengancam perilaku mutan dan rusak dari kepemimpinan partai, partai komunis Tiongkok akan selalu mengocehkan slogan, ikut mendorong arus dan menambah ombak; ditambah lagi dengan materi sampah yang saling berfermentasi, menyebabkan orang jahat semakin jahat, orang busuk semakin busuk, yang tanpa henti melewati batas dasar moralitas dan memperkuat arus degradasi moral, ini juga merupakan perwujudan konkret dari roh jahat komunis dalam memusnahkan moralitas umat manusia; terakhir adalah memanfaatkan dalih yang tidak masuk akal dan teori sesat untuk merasionalisasi dan menormalisasi hal jahat, pada saat yang sama mengubah hal yang aslinya normal menjadi tidak normal, bahkan diubah hingga menjadi siluman.

Untuk membaca bagian lain, silahkan klik di sini.

Tonton di Youtube, silahkan klik di sini.